Selasa 26 Oct 2021 19:17 WIB

Perintah Buntuti HRS yang Datang dari Dirkrimum Polda

Saksi sebut perintah awal hanya untuk mengawasi dan membuntuti Habib Rizieq.

Suasana sidang kasus unlawfull killling atau pembunuhan Laskar Front Pembela Islam (FPI).
Foto:

Selain mendengarkan saksi dari Aipda Toni, majelis hakim juga mendengarkan kesaksian lain. Para saksi kasus pembunuhan enam anggota Laskar FPI mengungkapkan adanya teriakan kencang dari para korban memohon kepada para terdakwa agar tak melakukan penganiayaan.  

Ratih, adalah pedagang makanan, pengelola Warung Makan Megarasa. Ia menjadi salah satu, dari delapan saksi yang dihadirkan oleh tim JPU via nirkabel, Tempatnya berjualan nasi dan kopi, adalah lokasi ketika anggota Resmob Polda Metro Jaya, menangkap enam anggota Laskar FPI setelah dua yang lainnya, menurut dia, sudah dalam kondisi tak berdaya.

Ratih menceritakan, saban hariannya ia menjaga warung bergantian. Pada malam itu, Senin (7/12) dini hari setahun lalu itu, Ratih ditemani saksi lainnya. Yakni, Eis Asmawati yang bersama-samanya menunggui dagangan makanan. 

Sedangkan Khotib alias Badeng, adalah sopir truk towing, yang kerap mangkal di Megarasa sambil menunggu orderan jasa derek mobil mogok yang mengarah dari Karawang ke Jakarta. Ratih mengatakan, sejak Ahad (6/12) sekira pukul 21.00 sudah berada di warung. 

Lewat tengah malam, saat dirinya sedang berada dalam kondisi setengah tertidur ia tersadar lantaran bunyi decitan keras ban mobil yang beradu dengan aspal jalan. “Gubrak… Saya lalu bangun,” ujar Ratih. 

Ia, pun bergegas menuju ke depan warungnya. Bersama Eis, ia melihat sebuah mobil SUV Chevrolet Spin abu-abu. Ratih lupa, berapa nomor plat mobil tersebut. Tetapi, ia tak ragu decitan, dan suara keras beradu yang membangunkannya, berasal dari mobil yang terparkir darurat di depan warungnya itu.

Tak lama selepas itu, kata Ratih, satu mobil lagi datang. Kali ini, mobil tersebut berwarna terang. Ketika dikonfirmasi alat bukti, Ratih mengiyakan mobil tersebut Daihatsu Xenia B 1519 UTI. Dari mobil tersebut, Ratih melihat satu orang laki-laki turun dari pintu sebelah kanan. 

“Ada orang keluar pakai celana pendek, bawa pistol. Keluarnya dari (pintu) sebelah kanan,” ujar Ratih. Ibu 50-an tahun itu mengatakan, laki-laki yang mengenakan celana pendek tersebut jalan menuju Chevrolet Spin.

Sambil mengacungkan pistol, laki-laki tersebut teriak-teriak memerintahkan orang-orang di dalam Spin abu-abu. “Gedor-gedor pintu (mobil Spin). Keluar-keluar,” kata Ratih menirukan. 

Ia melanjutkan, orang-orang yang berada dalam Chevrolet Spin tersebut, pun keluar dari mobil. “Semuanya ada empat yang keluar. Satu-satu keluar. Semuanya dari pintu yang kanan,” ujar Ratih.  

Ratih meyakini, empat yang turun itu, dalam kondisi yang masih hidup. Karena dikatakan dia, ketika si laki-laki dengan pistol itu memerintahkan agar empat orang tersebut jongkok, lalu tiarap, keempatnya menuruti dari saat kondisi berdiri.

“Disuruh tiarap di pinggir mobil,” ujar Ratih. Ratih juga memastikan, kondisi empat yang tiarap itu, tak dalam keadaan tangan terikat, ataupun diborgol. Meskipun, Ratih melihat, dari jarak sekitar lima meter, tangan masing-masing dari empat orang itu, dalam posisi di atas belakang pinggang.  

Setelah itu, Ratih menceritakan, laki-laki bercelana pendek tersebut, menggeledah mobil yang dikendarai oleh empat orang yang sudah tiarap tadi. Lalu Ratih melihat, pria pembawa pistol menggeledah mobil Chevrolet Spin dan mengambil satu bilah samurai dari dalam.

“Itu (samurai) lalu ditaruh (diletakkan) di meja (warung Ratih),” kata Ratih melanjutkan. Selepas itu, Ratih mengatakan, laki-laki yang membawa pistol tersebut, menyeret satu per satu, dua orang yang ternyata masih berada di dalam mobil Spin abu-abu. 

“Orang kelima, itu diseret dari dalam mobil,” ujar Ratih. Ia tak jelas melihat kondisi orang kelima yang diseret keluar dari Chevrolet Spin itu apakah mengalami luka-luka atau tidak. Tetapi, Ratih mencirikan orang kelima itu berbadan kurus. “Badannya, sudah kaku,” terang Ratih.

Masih dari dalam mobil Chevrolet Spin, Ratih juga melihat orang keenam yang juga diseret keluar. “(Orang) yang keenam itu badannya gemuk, pakai jaket merah,” ujar Ratih. Kondisi orang keenam tersebut, pun kata Ratih seperti sudah tak sadarkan diri saat diseret keluar. 

Saat orang kelima dan keenam yang diseret keluar dari mobil tersebut, kata Ratih, dari empat yang dalam kondisi tiarap, mengencangkan kata-kata kepada laki-laki si pemegang pistol itu. “Jangan diapa-apain teman saya,” begitu tiru Ratih. 

Selanjutnya, Ratih mengatakan, satu persatu empat yang tiarap itu diminta untuk jongkok ke belakang mobil Daihatsu Xenia, mobil yang dikendarai oleh laki-laki bersenjata pistol. “Semuanya disuruh masuk dari belakang (mobil B 1519 UTI),” ujar Ratih. 

Dua orang yang tak berdaya tadi, pun dipaksakan masuk ke dalam mobil tersebut dengan cara digotong. Selepas itu, Ratih tak mengetahui apa yang terjadi terhadap total enam orang yang berada dalam satu mobil itu.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement