Senin 25 Oct 2021 19:34 WIB

Rencana Turun Harga Tes PCR Jadi Rp 300 Ribu

Bila perlu pemerintah bisa mensubsidi harga tes PCR agar lebih murah lagi.

Petugas kesehatan melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan PCR. Presiden Joko Widodo menginstruksikan penurunan harga tes PCR menjadi Rp 300 ribu.
Foto:

Luhut menuturkan Presiden Jokowi telah memberikan arahan tegas agar semua jajarannya menyiapkan kebijakan guna merancang agar tidak ada peningkatan kasus Covid-19 akibat liburan Natal-Tahun Baru. Namun, ia mengingatkan meski terus melakukan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penyebaran, pembatasan juga akan tetap diberlakukan.

"Jadi apapun strategi yang kami lakukan, di samping vaksinasi dan lainnya, tapi membatasi pergerakan itu juga tetap kita buat di beberapa tempat tertentu," katanya.

Hal itu pulalah yang dilakukan terkait dengan kewajiban penggunaan PCR pada moda transportasi pesawat. Luhut menyampaikan kebijakan tersebut ditujukan utamanya untuk menyeimbangkan relaksasi yang dilakukan pada aktivitas masyarakat, terutama pada sektor pariwisata.

Karena itu penumpang pesawat diharukan tes PCR. Secara bertahap, penggunaan tes PCR akan juga diterapkan pada transportasi lainnya selama dalam mengantisipasi periode Natal dan Tahun Baru.

Lebih lanjut, Luhut meminta masyarakat agar tidak bereuforia yang ada akhirnya mengabaikan segala bentuk protokol kesehatan yang ada. "Apa yang dicapai kita bersama hari ini, tentunya bukanlah bentuk euforia yang harus dirayakan. Kelengahan sekecil apapun yang kita lakukan ujungnya akan terjadi peningkatan kasus dalam beberapa minggu ke depan. Dan pastinya akan mengulang pengetatan-pengetatan yang kembali diberlakukan," pesan Luhut.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menyiapkan mengantisipasi lonjakan gelombang ketiga pascaliburan akhir tahun. "Karena banyak acara-acara penting tahun depan seperti G20 yang sangat bergantung pada kepercayaan pimpinan dunia bagaimana Indonesia bisa menangani kondisi di Natal tahun baru," katanya. Lonjakan kasus akan sangat mempengaruhi kesuksesan acara.

Saat ini, pemerintah terus memonitor perkembangan varian baru Covid-19 di Indonesia. Termasuk memantau masuknya varian AY.4.2 asal Inggris. "Kami sudah lihat bahwa di Inggris ada satu varian yang berpotensi mengkhawatirkan yaitu AY.4.2 belum masuk di Indonesia yang sekarang terus kami monitor perkembangannya seperti apa," kata Budi

Budi menuturkan, varian tersebut merupakan turunan dari varian Delta yang lumayan meningkatkan kasus konfirmasi di Inggris cukup lama. Bahkan, kasus Covid-19 di beberapa negara di Eropa pun sejak Juli sampai Oktober tahun ini masih terus meningkat.

Budi melanjutkan, di Indonesia pun dalam dua pekan terakhir terjadi sedikit peningkatan kasus Covid-19 pada 105 kabupaten dan kota. "Memang angkanya masih tidak mengkhawatirkan dan masih berada di bawah batas amannya WHO," jelasnya.

Oleh karenanya, Pemerintah melakukan berbagai langkah untuk menekan lonjakan kasus Covid-19. Pertama, meningkatkan testing (pemeriksaan) dan tracing (penelusuran). Seluruh kasus kontak erat Covid-19 akan ditesting.

"Selain kasus konfirmasi, seluruh kontak erat dilakukan testing. jadi protokol 3T harus dijalankan dengan sebaik-baiknya," kata dia.

Langkah kedua adalah mempercepat vaksinasi, terutama pada kelompok lansia. Sebab, lansia sangat berisiko mengalami fatalitas jika terinfeksi Covid-19 dan belum mendapatkan vaksinasi.

"Lansia ini orang-orang yang berisiko tinggi untuk masuk rumah sakit dan wafat kalau nanti ada lonjakan berikutnya. Kita harapkan tidak terjadi," kata dia.

photo
Tes acak antigen Covid-19 penumpang KRL Jabodetabek - (Tim Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement