REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikrar Sumpah Pemuda idealnya sumber inspirasi milenial untuk merawat dan mengamalkan Pancasila. Bukan hanya moderasi (penghindaran keekstreman) beragama, namun juga suku bangsa. Pandangan ini mencuat dalam Dialog Kebangsaan "Pancasila dan Penyemaian Spirit Moderasi Beragama di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa", Senin (18/10).
Sebagai pembicara kunci, Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah menekankan pentingnya sosialisasi Pancasila. Menurut dia, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Badan Sosialisasi MPR adalah dua lembaga yang bertugas membentuk mental ideologi bangsa di era reformasi. Basarah lantas mengulas proses perumusan Pancasila. Dimulai dari sidang Resmi BPUPK hingga fase pengesahan dalam sidang resmi PPKI pada Agustus 1945.
"Para founding father bukan hanya menyoal moderasi beragama, tapi suku bangsa. Pancasila milik bangsa Indonesia, bukan milik kelompok atau golongan," seloroh Ketua DPP PDI Perjuangan ini, seperti dalam siaran pers, Selasa (19/10).
Basarah menegaskan, pemuda bertanggung jawab dalam pembangunan nasional. Untuk menjaga Pancasila sebagai ideologi negara, menjaga NKRI, dan memperkukuh persatuan-kesatuan bangsa.
"Banyak gagasan Cak Nur yang masih relevan. Misalnya soal kemajemukan manusia adalah kenyataan yang harus diterima karena kehendak Allah," imbuhnya.
Basarah mengingatkan, Kongres Pemuda II begitu kental dengan simbol-simbol persatuan. Sebagai contoh, mengapa saat itu tidak bahasa Jawa yang dipilih sebagai bahasa persatuan? "Bahasa Melayu adalah Lingua Franca (bahasa perhubungan) yang menjembatani pergaulan antar suku dan perdagangan serta antar wilayah. Bahasa Melayu terbuka dan demokratis sehingga terpilih sebagai bahasa persatuan," jelas eks aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini.
Sementara itu, Deputi I BPIP Prakoso menilai Ikrar Sumpah Pemuda layak diteladani generasi zaman now. Bagaimana dulu dengan segala keterbatasan, para pemuda bisa berkumpul dan memerdekakan Indonesia. "Kita harus jaga dan rawat. Jangan seperti sekarang, mudah saling berselisih, membenci, dan marak hoaks," cetusnya.