Senin 18 Oct 2021 20:54 WIB

Harapan Luhut Indonesia Capai Endemi Tahun Depan

Endemi bisa tercapai jika liburan akhir tahun terjadi tanpa disusul gelombang ketiga.

Sejumlah warga beraktivitas di kawasan Asia Afrika, Kota Bandung. Indonesia diharapkan bisa memasuki tahap endemi pada tahun depan. Perubahan dari pandemi ke endemi hanya bisa terjadi jika Indonesia mampu melewati perayaan Natal dan Tahun Baru tanpa membebani sistem kesehatan.
Foto:

Meski kasus sudah menurun masyarakat tetap diminta tidak lengah. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengemukakan gelombang ketiga di Indonesia sangat bergantung pada ketaatan masyarakat terhadap protokol kesehatan dan kebijakan pemerintah.

"Sebetulnya tergantung masalah perilaku masyarakat, apakah mau pakai terus protokol kesehatan atau tidak. Artinya, saat ini pergerakan masyarakat cukup sering dan cukup padat, sehingga ada risiko penularan," kata Zubairi Djoerban di kanal YouTube pribadinya bertajuk "Harap-Harap Cemas Gelombang Ketiga".

Hal berikutnya yang juga perlu diperhatikan, kata Zubairi, adalah konsistensi pemerintah dalam menerapkan kebijakan PPKM. "Tentu kebijakan juga harus konsisten, jangan cepat-cepat mencabut peraturan perundangan PPKM-nya, harus hati-hati," katanya.

Selain itu Zubairi juga mengingatkan tentang perilaku virus corona yang selalu bermutasi untuk bisa beradaptasi dengan keadaan. Sebagian ahli menyampaikan gelombang ketiga Covid-19 berpotensi terjadi pada akhir 2021 yang ditandai dengan kerumunan masyarakat pada saat perayaan Natal dan Tahun Baru.

"Beberapa ahli bilang awal Januari, kalau saya sendiri sambil harap-harap cemas itu mungkin masih bulan Februari atau Maret 2022," katanya. Zubairi berharap situasi Covid-19 yang menunjukkan tren penurunan di Tanah Air sebagai pertanda menuju endemi.

"Tentu kita harapkan dan doanya yang paling baik adalah tidak timbul gelombang ketiga, namun sudah waktunya endemi. Semoga tahun depan bukan gelombang ketiga, namun endemi, artinya hanya ada di satu daerah di provinsi, kemudian nanti hilang, kemudian muncul lagi di tempat lain," katanya.

Selain mengantisipasi gelombang ketiga, pemerintah juga berharap pada varian obat antivirus baru yang sedang dikembangkan sejumlah produsen dunia. Lewat obat tersebut, Indonesia berharap untuk bertransisi dari pandemi menjadi endemi.

"Mengenai obat-obatan, jadi banyak perkembangan jenis obat baru yang promosingatau memberikan harapan agar bisa menangani pandemi ini," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Senin sore. Budi mengatakan Indonesia dapat lebih cepat keluar dari situasi pandemi bila program vaksinasi Covid-19 telah dilengkapi dengan ketersediaan obat-obatan antivirus.

Menurut Budi, pemerintah sudah melakukan uji klinik untuk beberapa obat-obatan yang masuk kategori monoclonal antibodies, seperti Bamlanivimab dan Etesevimab. Selain itu Kemenkes juga sedang menjajaki beberapa obat-obatan antivirus baru yang sekarang sedang ramai dibicarakan, antara lain Molnupiravir dan AT-527.

"Kami juga mempelajari obat antivirus yang namanya Proxalutamide produksi Suzhou Kintor Pharmaceuticals dari China," katanya.

Budi menambahkan Kemenkes terus memonitor perkembangan uji klinik fase 3 obat-obatan antivirus Covid-19. "Untuk obat-obatan yang memang menjanjikan, kami menawarkan agar uji klinik fase 3 dilakukan di Indonesia," katanya.

Dengan kebijakan itu, Budi berharap Indonesia bisa lebih cepat mengetahui kecocokan dari obat baru tersebut agar bisa segera digunakan di Tanah Air.

photo
Potensi gelombang ketiga Covid-19 bisa dicegah dengan vaksinasi dan taat prokes. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement