Sabtu 16 Oct 2021 12:51 WIB

Golkar Bercita-Cita Konsolidasi dengan Prabowo dan Paloh

Golkar ingin mengajak kembali mantan kader besarnya yang keluar.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Indira Rezkisari
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia Tanjung.
Foto: Prayogi/Republika.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia Tanjung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia Tandjung, mengatakan bahwa partainya dulu memiliki sosok-sosok hebat seperti Prabowo Subianto dan Surya Paloh. Namun, keduanya memutuskan keluar dan mendirikan partai baru, yakni Gerindra dan Nasdem.

"Sebetulnya ingin mengajak kembalilah ke rumah besar bersama untuk konsolidasi. Jadi ada cita-cita ada keinginan itu dan itu menjadi satu hal penting bagi kami sekarang untuk konsolidasi semua kekuatan," ujar Doli dalam sebuah webinar, Sabtu (16/10).

Baca Juga

Ia mengatakan, Partai Gerindra dan Nasdem berhasil sukses dari sosok-sosok yang sebelumnya merupakan bagian dari Partai Golkar. Tentu hal ini berdampak pada perolehan suara partai berlambang pohon beringin itu, di mana sejumlah pemilih berlabuh karena ketokohan Prabowo dan Surya Paloh.

Demi menyongsong pemilihan umum (Pemilu) 2024, kini Partai Golkar terus melakukan konsolidasi dan mengurangi konflik internal. Serta, merangkul tokoh-tokoh di tingkat pusat dan daerah demi mengulangi kejayaan Partai Golkar pada 2004.

"Itu yang kita upayakan bahwa mereka itu masih dianggap ketokohan di daerah-daerah yang punya sesuatu dukungan masyarakat. Paling tidak mengangkat elektabilitas masyarakat dengan ketokohan mereka," ujar Doli.

Adapun terkait koalisi untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2024, Partai Golkar disebutnya membuka pintu komunikasi dengan siapapun. Termasuk dalam proses menyamakan visi dan misi untuk menyambut kontestasi mendatang.

"Masih sangat terbuka untuk membangun koalisi dengan siapapun untuk membicarakan pasangan-pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dengan siapapun. Baik tokoh-tokoh yang sekarang disebut di kalangan masyarakat, maupun yang belum," ujar Ketua Komisi II DPR itu.

Dalam forum yang sama, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra menilai bahwa Partai Golkar mulai mengahadapi sejumlah masalah pasca Pemilu 2004. Terutama ketika sejumlah kadernya keluar dan mendirikan partai baru, seperti Prabowo Subianto yang mendirikan Partai Gerindra dan Surya Paloh dengan Partai Nasdem.

"Saya kira ini kalau ingin berjaya kembali, maka ini harus dirangkul kembali. Caranya itu harus ada langkah-langkah mengkonsolidasikan kelompok-kelompok yang splitter atau menyempal dari Golkar," ujar Azyumardi.

Ia menjelaskan, Prabowo dan Surya Paloh berhasil mendirikan partai baru yang basis pemilihnya sesungguhnya berasal dari Partai Golkar. Hal inilah yang menyebabkan suara partai berlambang pohon beringin sedikit tergerus dan kesulitan menjadi pemenang pemilu setelah 2004.

"Harus diatasi adalah ketika kesulitan Golkar pasca 2004 itu, itu adalah ketika beberapa tokohnya menyempal menjadi splitter mendirikan partai baru, partai sendiri," ujar Azyumardi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement