Sabtu 16 Oct 2021 12:28 WIB

Golkar Harus Rangkul Pemilih Gerindra dan Nasdem

Golkar tetap jadi salah satu parpol dengan basis pemilih yang besar.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Indira Rezkisari
Partai Golkar.
Foto: dok. Republika/Aditya Pradana Putra
Partai Golkar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra menilai bahwa Partai Golkar mulai menghadapi sejumlah masalah pasca pemilihan umum (Pemilu) 2004. Terutama ketika sejumlah kadernya keluar dan mendirikan partai baru, seperti Prabowo Subianto yang mendirikan Partai Gerindra dan Surya Paloh dengan Partai Nasdem.

"Saya kira ini kalau ingin berjaya kembali, maka ini harus dirangkul kembali. Caranya itu harus ada langkah-langkah mengkonsolidasikan kelompok-kelompok yang splitter atau menyempal dari Golkar," ujar Azyumardi dalam sebuah webinar, Sabtu (16/10).

Baca Juga

Ia menjelaskan, Prabowo dan Surya Paloh berhasil mendirikan partai baru yang basis pemilihnya sesungguhnya berasal dari Partai Golkar. Hal inilah yang menyebabkan suara partai berlambang pohon beringin sedikit tergerus dan kesulitan menjadi pemenang pemilu setelah 2004.

"Harus diatasi adalah ketika kesulitan Golkar pasca 2004 itu, itu adalah ketika beberapa tokohnya menyempal menjadi splinter mendirikan partai baru, partai sendiri," ujar Azyumardi.

Meski begitu, ia menjelaskan bahwa Partai Golkar tetap menjadi salah satu parpol besar di Indonesia dengan basis pemilih yang besar. Partai berlambang pohon beringin itu juga disebutnya salah satu partai modern dibandingkan partai-partai lain.

"Dengan keanggotaan dan kepemimpinan yang lebih merit, bukan dinastik, dan oligarkis seperti banyak parpol lain," ujar Azyumardi.

Partai Golkar, kata Azyumardi, juga masih merupakan partai yang lebih banyak mengandung teknokrasi terkait pengembangan politik dan pengembangan Indonesia. Salah satu partai dengan jaringan sosial-politik yang luas.

"Mereka bisa mencapai kejayaan pada 2004 berkat pendekatan politik reformatif, pendekatan politik baru, dan orientasi pasar politik berjangkauan luas," ujar Azyumardi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement