Sabtu 09 Oct 2021 19:11 WIB

Sebanyak 300 karya Denny JA Selesai Didigitalkan

Denny JA Sebut internet tempat yang tepat untuk menyimpan karya.

Denny JA
Foto: Nur Hasan Murtiaji/Republika
Denny JA

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penulis yang juga pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai internet adalah tempat yang tepat untuk menyimpan karya. Saat ini sudah hampir 300 karyanya sudah didigitalkan.

“Tak ada tempat yang lebih tepat untuk menyimpan koleksi karya pribadi selain di internet. Di samping abadi di sana, karya itu juga mudah diakses oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja,” kata Denny dalam siaran persnya, Sabtu (9/10).

Baca Juga

 

Denny merilis 300 karyanya selama 40 tahun menjadi penulis dan intelektual. Dari 300 karya itu, sebanyak 200 karya sudah diterjemahkan atau diberi substitle bahasa Inggris. Karya yang sudah diterjemahkan terdiri 28 buku fiksi, 15 karya nonfiksi, 13 film, 66 video animasi.

Juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebanyak 77 video opini (30 video tentang  30 tokoh Sufi + 18 video Isu sosial era Work From Home + 29 video tentang Isu kemanusiaan). Sisa 83 buku lainnya masih dalam bahasa Indonesia (34 buku fiksi, 46 buku nonfiksi, 3 buku terkait) Sebanyak 17 karya Denny JA lainnya sedang berproses untuk ikut didigitalisasi.

Denny bercerita perubahan batinnya selama 40 tahun berkarya. “Dulu di era mahasiswa, saya menulis berorientasi komersial mencari tambahan untuk membayar uang kuliah. Saya datang dari keluarga yang sangat sederhana,” kata Denny.

Namun sejak 8 tahun lalu, usaha yang digelutinya di bidang konsultan politik, properti dan hotel, convenience stores, Food and Beverages, serta tambang, mengalami kesuksesan. Meski demikian Denny merasa panggilan hidupnya tetap menulis. Bisnis dan politik hanya sekedar saja.

Kini orientasi Denny menulis berubah pula. Ia melarang dirinya menerima dana dari karyanya. Ia menulis untuk berderma. Power of giving juga dapat diberikan melalui sumbangan karya yang digratiskan.

Ketika Denny mencapai financial freedom di tahun pasca 2010, Ia memiliki waktu yang banyak sekali untuk merenung dan menulis.  Di era digital, Denny ikut berdiri di depan. Ia membiayai sendiri digitalisasi 300 karyanya selama 40 tahun.

Selama 40 tahun kiprahnya itu, Denny juga mendapatkan penghargaan dalam dan luar negeri. Mulai dari penghargaan sastra tingkat ASEAN dari Malaysia, hingga penghargaan Time Magazine atas kiprahnya di dunia media sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement