REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebanyak 200 karya Denny JA diterjemahkan ke bahasa Inggris. Mayoritas karya Denny JA berbicara tentang hak asasi manusia.
Karya yang diterjemahkan tersebut terdiri dari 28 buku fiksi, 14 buck nonfiksi, 13 film, 66 video animus, 79 video opine (30 on Sufi teachings + 18 videos on Working from Home + 30 videos on humanity). "Masih banyak karya saya yang belum diterjemahkan. Tapi biarlah karya itu menyusul saja,” kata Denny dalam siaran persnya, Ahad (3/10).
Denny menyambut baik kerja timnya selama delapan tahun. “Sebuah karya berumur lebih panjang dibanding pengarangnya. Kini 200 karya saya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris biarlah masing masing punya nasibnya sendiri,” ungkap Denny.
Awalnya, menurut Denny, sekitar tahun 2013. Saat itu, sebanyak 30 perusahaan bisnis yang Denny punya sudah berjalan auto pilot. Denny pun sudah mencapai financial freedom. Saat itu kuat bergema, Ia kini ingin berderma melalui karya.
Dijelaskannya, semua karyanya tak hanya dipublikasi secara gratis, tapi juga dibentuk tim besar untuk menerjemahkan karyanya dalam bahasa inggris. "Kadang saya takjub sendiri. Banyak sekali karya yang sudah saya buat. Setiap pagi, menulis itu bagai minum kopi. Rasanya tak lengkap satu hari tanpa menulis,” papar Denny.
Mayoritas tema karya Denny JA soal hak asasi manusia di negara muslim terbesar. “Hak Asasi memang gagasan yang menjadi life calling saya,” ujar Denny.
Gagasan hak asasi itu, dituangan Denny tak hanya dalam sastra, tapi juga dalam buku non fiksi, orasi di Youtube, video animasi, lagu hingga film. Denny juga membuat yayasan Gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi. Melalui yayasan ini, Denny terus mengkampanyekan Indonesia yang bebas diskriminasi.
Selama 40 tahun berkarya, Denny JA sudah memperoleh sejumlah penghargaan, baik level nasional maupun internasional. Mulai dari Lifetime Achievement Award dari perhimpunan penulis Indonesia (Satupena), juga penghargaan sastra level ASEAN.
Denny JA juga memperoleh penghargaan dari TIME Magazine hingga memecahkan rekor dunia pendidikan politik dari Guiness Book of World Record.