Jumat 01 Oct 2021 07:49 WIB

Satgas: Waspadai Kenaikan Kasus Usai Event Besar

Potensi penularan tinggi karena mobilitas masyarakat juga cukup tinggi.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Friska Yolandha
Warga mengendarai motor di Kampung Ciburial, Desa Cibogo, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (5/6). Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat agar mewaspadai terjadinya kenaikan kasus pasca diselenggarakannya kegiatan besar selama pandemi Covid-19 masih terjadi di Indonesia.
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warga mengendarai motor di Kampung Ciburial, Desa Cibogo, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (5/6). Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat agar mewaspadai terjadinya kenaikan kasus pasca diselenggarakannya kegiatan besar selama pandemi Covid-19 masih terjadi di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat agar mewaspadai terjadinya kenaikan kasus pasca diselenggarakannya kegiatan besar selama pandemi Covid-19 masih terjadi di Indonesia. Ia menekankan agar tren penurunan kasus yang terjadi saat ini harus disikapi dengan bijak dan berhati-hati.

"Tugas besar kita untuk menjaganya agar terus turun harus diupayakan dengan tidak gegabah dalam melakukan kegiatan sosial ekonomi meskipun pelonggaran telah diberlakukan," jelas Wiku saat konferensi pers, Kamis (30/9) malam.

Karena itu, ia meminta agar masyarakat turut belajar dari pola kenaikan kasus yang hampir selalu terjadi usai diselenggarakannya kegiatan besar. Kenaikan kasus pertama terjadi pada periode Idul Fitri 2020. Meskipun saat itu berlaku peraturan PSBB dan mudik ditiadakan, namun periode itu tetap meningkatkan kasus hingga 214 persen. Sehingga kasus meningkat dua minggu setelah Idul Fitri dan kenaikannya bertahan selama 7 minggu.

Kemudian, kenaikan kasus yang menjadi puncak pertama Covid-19 di Indonesia terjadi selama November 2020 hingga Januari 2021. Kenaikan ini terjadi akibat event kolektif yang dimulai dari 17 Agustus, Maulid Nabi 28-29 Oktober, serta Natal dan Tahun Baru 2021.

"Adanya rentetan event besar ini juga tidak didukung oleh kebijakan pembatasan yang sesuai di mana saat itu berlaku PSBB transisi. Akibatnya, kenaikan kasus terjadi sebesar 389 persen dan bertahan hingga 13 minggu sebelum akhirnya dapat turun," jelas dia.

Setelah puncak pertama, kasus sempat mengalami penurunan selama 15 minggu sebelum akhirnya melonjak kembali. Lonjakan ini terjadi setelah Idul Fitri 2021, di mana aturan peniadaan mudik telah diberlakukan. Menurut Wiku, peniadaan mudik ini berhasil mencegah sebagian besar masyarakat untuk tidak mudik.

Namun, kegiatan berkumpul bersama keluarga pada satu wilayah yang sama atau wilayah aglomerasi tetap dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Wiku menilai, hal ini terjadi karena masyarakat merasa aman dengan penurunan kasus selama 15 minggu berturut-turut pasca lonjakan pertama.

Selain itu, adanya varian delta yang juga telah menyebar luas di sebagian besar negara, termasuk Indonesia semakin meningkatkan potensi penularan karena tingginya mobilitas pada periode ini. Akibatnya, kasus mengalami kenaikan hingga 880 persen dan bertahan selama 8 minggu.

"Kenaikan di lonjakan kedua ini lebih singkat daripada lonjakan kasus pertama, di mana lonjakan pertama bertahan 13 minggu, sedangkan lonjakan kedua ini bertahan hanya 8 minggu," kata Wiku.

Wiku menilai, kondisi ini dapat terjadi karena kemampuan, kesadaran, dan respons kolektif antara seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah dalam penanganan Covid-19 sehingga lonjakan kasus yang terjadi dapat segera ditangani dengan cepat dan kasus dapat segera turun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement