Kamis 30 Sep 2021 19:18 WIB

Prediksi Virolog: Gelombang Ketiga Terjadi Tahun Depan

Indonesia harus percepat laju vaksinasi antisipasi terjadinya gelombang ketiga.

Sejumlah warga berjalan di Jakarta, Jumat (24/9/2021). Satgas Penanganan COVID-19 menghimbau kepada semua pihak harus menahan diri agar Indonesia tidak menghadapi gelombang ketiga meskipun perkembangan pandemi COVID-19 di Indonesia saat ini sudah cukup terkendali yang ditandai dari grafik kasus yang terus melandai
Foto:

Mulai dibukanya sejumlah kegiatan memicu potensi kenaikan kasus yang gelombang ketiga. Pembelajaran Tatap Muka (PTM) merupakan satu dari sekian kegiatan yang meningkatkan risiko kenaikan kasus.

"Masalah Covid-19 bisa jadi gelombang ketiga yang menyerang murid, guru, dan juga orang tua karena mereka saling kontak," kata dokter spesialis anak Soedjatmiko, saat mengisi konferensi virtual Istighosah dan Doa Bersama: Stretgi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di Pondok Pesantren dan Sekolah Nahdlatul Ulama, Rabu (29/9) malam.

Ia mencatat, sudah ada dua gelombang puncak kasus semenjak Covid-19 ada di Tanah Air Maret 2020  lalu. Gelombang pertama yakni sekitar awal tahun lalu sekitar Maret April 2020 lalu dan gelombang kedua di tahun ini yaitu selama Juli hingga Agustus 2021 dan total yang wafat adalah 141 ribu jiwa.

Saat serangan gelombang pertama, dia melanjutkan, pasien yang masuk rumah sakit (RS) antara 10 ribu hingga 15 ribu orang per hari dan yang meninggal dunia 350 hingga 450 orang per hari di seluruh Indonesia. Kemudian selama gelombang kedua selama Juli-Agustus 2021, yang masuk rumah sakit (RS) antara 40 ribu hingga 55 ribu orang per hari dan yang meninggal dunia 1.500 sampai 2.000 orang per hari.

Mayoritas yang meninggal dunia berusia 30 hingga 60 tahun atau orang dewasa yang produktif dan orang tua yang jadi sumber ekonomi keluarganya. Sehingga, tak jarang pasien Covid-19 yang meninggal dunia adalah orang tua yang anak-anaknya yang jadi yatim atau piatu atau banyak juga yang dua-duanya meninggal dunia menjadi yatim piatu.

Tak hanya itu, Soedjatmiko mengkhawatirkan gelombang 3 yang bisa terjadi di Tanah Air karena negara lain per September juga ada yang mengalami gelombang ketiga Covid-19. Misalnya Australia yang kasusnya sedang tinggi-tingginya sampai sekarang, kemudian di Amerika Serikat setelah kasusnya sempat tinggi akhirnya turun.

Bahkan, ia menyebutkan kasus Covid-19 di negara tetangga Malaysia juga masih tinggi, Singapura justru sedang naik sekarang atau gelombang ketiga, hingga Filipina juga baru turun sepekan ini. Kemudian Korea Selatan (Korsel) mulai naik dan sekarang mencapai gelombang ketiga.

"Indonesia baru dua gelombang dan sekarang keadaannya rendah sekali tetapi di mana-mana masih ada. Tetapi kita harus waspada," ujarnya.

Penularan Covid-19 terjadi pada satu paket termasuk keluarga, kalau satu terinfeksi kemudian bisa menularkan ke yang lain. Untuk mencegahnya, dia meminta masyarakat menggunakan masker di mana pun dan kapan pun menutupi hidung, mulut, dagu, pipi.

Ia menyoroti banyak orang pakai masker melorot dan tidak menutup hidung. Padahal, varian apapun tidak akan bisa masuk kalau ditutupi masker. Ini terbukti di Thailand dan China begitu anak dan santri pakai masker dengan benar menutup hidung dan mulut maka terlindung antara 77 hingga 79 dari varian apapun.

Bahkan, dia merekomendasikan, kalau bisa pakai masker dobel karena masih tidak menutup kemungkinan bisa tembus kalau hanya satu lapis dan bisa melorot. Jika memakai dua masker maka kemungkinan terpapar virus kecil apalagi kalau di ruang tertutup lebih dari 15 menit.

Misalnya dalam bus, kereta api, kantor, sekolah memiliki risiko penularan tinggi karena virusnya ada ketika orang banyak berkumpul dan akan terus menular. Oleh karena itu, ia meminta kalau guru dan ustaz masih keluar setelah keluar tetap pakai masker karena siapa tahu dari pasar, bank, kemudian maskernya sedikit melorot. Padahal, dia melanjutkan, virus masuk dalam 10 detik. Kemudian pulang ke pesantren, rumah, kantor kalau tak memakainya kemudian muncrat menyebarkan droplet ke lingkungannya.

"Jadi kalau bisa bapak ibu yang bekerja di luar rumah kemudian selama di rumah tetap pakai masker. Masker juga diganti yang baru supaya tidak menular ke anak-anaknya," ujarnya.

Selain itu, ia meminta masyarakat jangan berkerumun, berkumpul. Meski semua orang sekarang boleh ke mal, dia melanjutkan, bukan berarti semua boleh bepergian serentak ke sana. Ia juga meminta ini dilakukan ketika di sekolah, jangan berkerumun, ngobrol, berdekatan. "Klaster keluarga pada Juli hingga Agustus 2021 banyak sekali dan orang tua banyak meninggal dunia," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement