Kamis 30 Sep 2021 19:18 WIB

Prediksi Virolog: Gelombang Ketiga Terjadi Tahun Depan

Indonesia harus percepat laju vaksinasi antisipasi terjadinya gelombang ketiga.

Sejumlah warga berjalan di Jakarta, Jumat (24/9/2021). Satgas Penanganan COVID-19 menghimbau kepada semua pihak harus menahan diri agar Indonesia tidak menghadapi gelombang ketiga meskipun perkembangan pandemi COVID-19 di Indonesia saat ini sudah cukup terkendali yang ditandai dari grafik kasus yang terus melandai
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Sejumlah warga berjalan di Jakarta, Jumat (24/9/2021). Satgas Penanganan COVID-19 menghimbau kepada semua pihak harus menahan diri agar Indonesia tidak menghadapi gelombang ketiga meskipun perkembangan pandemi COVID-19 di Indonesia saat ini sudah cukup terkendali yang ditandai dari grafik kasus yang terus melandai

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dian Fath, Rr Laeny Sulistyawati

Gelombang ketiga Covid-19 di beberapa negara dunia, mungkin bisa terjadi juga di Indonesia. Ahli virologi yang juga Guru Besar Universitas Udayana Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika memprediksi gelombang ketiga terjadi pada 2022.

Baca Juga

"Saya bahkan bisa prediksi kalau melihat pola tahun lalu, maka letupan kembali saya prediksi bulan Januari-Februari 2022," kata Mahardika dalam gelar wicara virtual Waspada Mutasi Virus dengan Protokol Kesehatan, Kamis (30/9).

Mahardika menuturkan belajar dari gelombang kasus Covid-19 yang melonjak pada periode-periode sebelumnya, tampak polanya mulai terbentuk di mana kasus mulai melonjak Desember 2020, Januari-Februari 2021 dan Juli 2021. Letupan kasus pun diprediksi melonjak lagi pada Januari-Februari 2022 karena mobilitas penduduk meningkat jelang akhir tahun.

Mahardika mengatakan, saat ini belum waktunya euforia penurunan kasus. Penerapan protokol kesehatan dengan ketat dan percepatan vaksinasi Covid-19 harus digenjot. Mahardika mengatakan jika daerah-daerah mencapai target vaksinasi 70 persen atau bisa di atas 70 persen, maka jumlah tekanan pada sistem rumah sakit tidak akan sebesar seperti yang terjadi sebelumnya.

Ia berharap, Pemerintah Indonesia segera mempercepat capaian target vaksinasi. Jika saat ini 1,5 juta orang divaksinasi per hari menjadi dua juta atau empat juta orang per hari. Pemerintah juga dimintanya mengupayakan target vaksinasi 100 persen untuk seluruh penduduk demi melindungi segenap bangsa Indonesia.

"Untuk masyarakat yang belum divaksin, segera kalau sudah ada panggilan untuk vaksinasi, mohon silakan vaksinasi. Vaksin ini adalah bukti ilmiah kemajuan dunia kedokteran modern," ujar Mahardika.

Bercermin dari yang terjadi di luar negeri pada umumnya ketika capaian vaksinasi negara itu sudah di atas 60 persen, maka jumlah orang yang meninggal dunia dan dirawat di rumah sakit tidak tinggi. Ia menuturkan, salah satu dampak dari percepatan dan peningkatan cakupan vaksinasi Covid-19 di atas 70 persen adalah jumlah orang yang masuk ke rumah sakit dan jumlah orang yang meninggal dunia sangat rendah, tetapi kasus bisa saja melonjak tajam.

"Vaksin sudah tersedia dengan cepat sehingga mungkin mudah-mudahan awal tahun 2022 kita sudah mengatakan virus masih ada di sekitar kita tapi dampak pandemi bisa kita minimalisir. Ini peran vaksin," kata Mahardika.

Ahli virologi itu menuturkan, capaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih rendah untuk dosis lengkap, yakni di bawah 20 persen dari target vaksinasi 70 persen. "Malaysia sudah mencapai vaksinasi tinggi di atas 50 persen untuk vaksinasi dua kali, sementara kita (Indonesia) masih rendah, vaksinasi dua kali kita di bawah 20 persen kecuali Bali dan Jakarta barangkali yang sudah di atas 50 atau 60 persen," ujar Mahardika.

Dengan membangun kekebalan tubuh terhadap virus corona, Mahardika mengatakan vaksinasi Covid-19 berkontribusi menekan jumlah orang dirawat di rumah sakit dan jumlah orang meninggal dunia akibat Covid-19. Namun vaksin Covid-19 tidak mencegah dengan maksimal transmisi di komunitas.

photo
Penurunan kasus Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement