REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memastikan Covid-19 tetap terkendali. Ia pun menampik anggapan bila adanya klaster baru penyebaran setelah sekolah melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM).
"Jadi kalau kemarin banyak diskusi atau beredar klasternya banyak, sebenarnya tidak demikian. Kami menyampaikan datanya secara transparan," kata Budi, saat konfrensi pers daring, Senin (27/9) sore.
Budi memastikan, pihaknya terus melakukan strategi surveilans atau 3T yaitu testing, tracing, dan treatment untuk mendeteksi penyebaran virus khususnya dalam aktivitas belajar mengajar. Adapun, pengambilan surveilans dilakukan dengan cara mengambil sampel atau contoh di sejumlah sekolah yang melakukan PTM.
"Dari 10 persen itu, kami bagi alokasinya berdasarkan kecamatan. Jadi, kecamatan mana yang lebih banyak sekolahnya otomatis dia yang lebih banyak," ujar Budi.
Nantinya, jika ada sekolah yang positivity rate-nya lebih dari 5 persen maka mereka diharuskan melakukan pembelajaran secara daring selama 14 hari dan penerapan protokol kesehatan akan ditelaah kembali. "Jadi dengan demikian kami memastikan surveilans itu kita lakukan di level yang paling kecil. Kalau ada kemungkinan outbreak meledak di sana, ya kita kuncinya satu sekolah saja. Sekolah lain yang kebetulan bagus ya tetap jalan," terang Budi.
Cara ini, lanjut Budi, juga akan diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sehingga, hidup baru di tengah pandemi Covid-19 bisa dilakukan.
"Dengan demikian, semua aktivitas kehidupan kita mau itu pembelajaran, bekerja, transportasi, wisata, keagamaan terutama kita harus memiliki prokes yang baik dan surveilans yang baik," kata dia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, meskipun situasi pandemi di Indonesia terus membaik, pemerintah tetap menggencarkan upaya 3T sebagai bagian dari strategi jangka panjang dalam menghadapi Covid-19.
“Sekarang yang dites itu rata-rata 170 ribu [orang] per hari, saya ulangi 170 ribu-an per hari. Jadi angka itu cukup oke walaupun kami targetkan sebenarnya masih lebih dari itu," ujar Luhut.
Walaupun jumlah pengetesan terus meningkat, imbuh Luhut, tingkat positivity rate tetap rendah, yaitu di bawah dua persen. “Positivity rate sudah di bawah dua persen, malah sudah satu persen, ini dalam tujuh hari. Jadi kami hitung per tujuh hari, itu angkanya juga membaik,” ujarnya.
Upaya tracing, ujar Luhut, juga terus meningkat. Saat ini, hanya 26 persen kabupaten/kota di Jawa-Bali dengan tingkat tracing terbatas. “Minggu lalu 36 persen, jadi 10 persen membaik, dengan tingkat tracing terbatas atau di bawah lima [orang] kontak erat per konfirmasi [kasus],” terangnya.
Pada kesempatan itu, Menko Marves pun menyampaikan apresiasinya kepada jajaran Kementerian Kesehatan, pemerintah daerah, serta TNI dan Polri yang telah bahu membahu menggencarkan upaya 3T ini. “Jadi kuncinya ini sebenarnya adalah tadi pengecekan time-to-time dan kemudian pemeriksaan detail ke bawah. Jadi tidak bisa seperti fire-and-forget, sudah diberikan perintah lantas ditunggu hasilnya, tidak bisa. Kita harus turun lihat ke bawah pelaksanaannya,” ujarnya.
Ditegaskan Luhut, upaya 3T, 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan), serta vaksinasi akan terus dijalankan pemerintah sebagai strategi dalam mengendalikan Covid-19. “Jadi kombinasi antara testing, dengan tadi PeduliLindungi, vaksin, dengan jaga jarak, saya kira itu alat kita untuk menghindari kalau ada gelombang serangan berikutnya,”