Kamis 23 Sep 2021 08:16 WIB

Menlu Retno: Pandemi Hadirkan Bentuk Baru Diskriminasi

Hampir enam miliar dosis vaksin diberikan secara global, tetapi Afrika hanya 2 persen

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Foto: AP/Jose Luis Magana/FR159526 AP
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, pandemi Covid-19 menghadapkan semua orang pada bentuk baru ketidaksetaraan dan diskriminasi. Itu terjadi terkait tidak meratanya distribusi vaksin Covid-19 antara satu negara dengan negara lainnya.

"Hampir enam miliar dosis vaksin telah diberikan secara global tetapi hanya sekitar dua persen yang telah diberikan di Afrika dibandingkan dengan hampir 80 persen di negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas. Ini menunjukkan ketidaksetaraan yang mendalam dalam respons terhadap pandemi Covid-19," ujar Retno Marsudi dalam Sidang Umum PBB Ke-76 untuk memperingati 20 tahun adopsi Deklarasi dan Program Aksi Durban yang dipantau melalui siaran langsung TV PBB, Kamis (23/9) dini hari.

Menteri Retno mengatakan, diskriminasi terhadap jenis vaksin tertentu juga memperlebar jurang ketimpangan dan menciptakan pemulihan yang tidak merata. Pada saat kritis ini kesetaraan vaksin adalah ujian moral terbesar di hadapan komunitas global.

"Sejalan dengan seruan Deklarasi dan Program Aksi Durban untuk kesetaraan dan non diskriminasi, kita harus memastikan bahwa semua orang di mana pun dapat divaksin lebih cepat," kata dia.

Dalam mempromosikan solidaritas, lanjut Menteri Retno, Deklarasi dan Program Aksi Durban menyerukan kepada semua negara untuk bertindak dalam solidaritas karena tindakan sepihak tidak akan membantu sama sekali.

Baca juga : Menlu Retno Suarakan Kesetaraan Vaksin di Sidang Majelis PBB

"Tidak ada satu negara pun yang dapat menghadapi pandemi ini sendirian, sekarang saatnya untuk mengesampingkan perbedaan dan memfokuskan energi kita untuk mengatasi pandemi bersama," kata Menteri Retno.

Selama pandemi Covid-19, lanjut dia, semua orang melihat tren misinformasi yang menunjukkan kebingungan serta kebencian di masyarakat yang dibiarkan tidak terselesaikan. "Tren misinformasi tersebut dapat mengganggu persatuan kita dan melemahkan respons pandemi kita," kata Menteri Retno.

Ia mengatakan, kerja sama internasional yang kuat diperlukan untuk memberikan informasi yang akurat tepat waktu dan mencegah kesalahan informasi.

"Inti dari Deklarasi dan Program Aksi Durban akan terus diuji dari waktu ke waktu. Hari ini tantangan Covid-19, besok akan ada tantangan lain. Jika kita berhasil, itu akan menjadi bukti bahwa Deklarasi dan Program Aksi Durban tetap relevan dalam menjawab tantangan zaman dalam mencapai dunia yang bebas dari segala bentuk diskriminasi," pungkas Menteri Retno.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement