Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menilai, manuver Giring menyerang Anies adalah upaya PSI untuk mengangkat tingkat keterkenalan mantan vokalis Nidji itu. Formula E pun menjadi panggung PSI untuk menyerang Anies lewat Giring.
"Dan apa yang dilakukan Anies seolah olah semuanya salah. Dan seolah-olah Anies juga tidak ada benarnya. Dan mengatakan Anies sebagai seorang pembohong itu sebuah kenaifan bagi PSI. Semua tokoh siapa pun dia, ada plus dan minusnya," katanya saat dihubungi Republika, Selasa (21/9).
Menurut Ujang, dengan menyerang Anies dengan cara mengatakan Anies pembohong, otomatis PSI akan mendapatkan pemberitaan yang besar dan kembali lagi diingat oleh masyarakat.
"Bagi PSI, Anies mungkin bukan kelompoknya, bukan bagian dari alat perjuangannya, makanya selalu memusuhinya. Dan dipolitik itu hal biasa saja," kata dia.
Sementara, pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai, langkah Giring dan PSI akan menjadi blunder. Alasannya, serangan Giring tidak objektif dan terkesan sarat dengan kebencian.
"Penilaian Giring tersebut tidak objektif syarat dengan kebencian. Giring tampaknya belum move on dari kekalahan Ahok yang didukung PSI. Karena itu, Giring sadar atau tidak menilai Anies lebih menggunakan perasaan bukan rationya. Penilaian Giring dengan sendirinya lebih kental terbawa emosi tanpa didukung data yang memadai," katanya kepada Republika, Rabu (22/9).
Jamiluddin bahkan menilai, cara Giring menyerang Anies dalam konteks politik, malah mencerminkan level Giring belum pantas menjabat ketua umum sebuah parpol. Apa yang dilakukan Giring seperti politikus junior yang masih mencari-cari panggung politik.
Senada dengan Ujang, manuver Giring dan PSI menyerang Anies malah akan bisa menjadi bumerang. Karena, menurutnya, publik menjadi tidak akan simpatik terhadap Giring dan partainya.
"Jadi, Giring sudah blunder baik bagi dirinya sendiri maupun partainya. Hal itu tentu merugikan PSI untuk menghadapi pemilu 2024," kata dia.