REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengecam kekerasan terhadap tenaga kesehatan dan penyerangan fasilitas kesehatan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang. Satu tenaga kesahatan yang sempat hilang pascapenyerangan, ditemukan meninggal dunia di jurang sedalam 30 meter.
Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih, mengatakan pihaknya menyesalkan kejadian tersebut dan turut berduka cita atas meninggalnya tenaga kesehatan. Pihaknya berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi tempat yang layak dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.
"PB IDI mengutuk keras semua tindakan kekerasan dan anarkis terhadap fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang sedang menjalankan tugas pengabdian dan kemanusiaan, yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan tidak dibenarkan menjadi sasaran semua tindak kekerasan," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (17/9).
Oleh karena itu, Faqih melanjutkan, PB IDI meminta kepada pemerintah dan aparat keamanan untuk sementara menarik tenaga kesehatan ke tempat yang lebih aman. PB IDI juga meminta kepada aparat keamanan untuk menindak tegas para pelaku tindak kekerasan agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.
"Serta mengapresiasi aparat keamanan yang melakukan tindakan cepat upaya pemulihan keamanan di seluruh Papua khususnya di Distrik Kiwirok," katanya.
Sebelumnya, dua nakes yang sempat hilang pascapenyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kabupaten Pegunungan Bintang ditemukan di jurang kedalaman 30 meter. Mereka ditemukan pada Rabu (15/9) pukul 15.30 WIT.
Sementara penyerangan puskesmas di Distrik Kiwirok terjadi pada Senin (13/9). Korban Kristina Sampe Tonapa ditemukan dalam kondisi hidup. Sedangkan korban Gabriela Meilan dalam kondisi meninggal dunia di lokasi yang sama.