Kamis 16 Sep 2021 05:03 WIB

Muslimah di Pemilu Norwegia: Tanpa Pencitraan Lebay di Got

Beginilah suasana pemilu di salah satu negara paling makmur dan bahagia di dunia.

Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg (Kanan) ketika berkampanye di tengah pandemi dengan sederhana sekali, Dia berhasil memimpin negaranya ke laur dari paparan Covid-19 dengan sangat bak. Sayang dia kalalah dalam peimilu Norwegia 2021.
Foto:

photo
 
Keterangan foto: Brosur kampanye yang sangat sederhana di kampande Pemilu Norwegia. Gaya pemilu seperti ini aneh padahal negara ini termasuk negara paling makmur di dunia. (Savitri Icha Khairunnisa)

 

Satu lagi yang unik dari sistem parlementer Norwegia. Meski pemilu dilaksanakan tiap empat tahun sekali, tidak ada batasan jabatan PM. Artinya, seorang PM boleh menjabat lagi setelah masa jabatannya habis, dengan syarat partainya menang pemilu dan dia diangkat lagi sebagai PM. Undang-undangnya memang mengatur begitu. 

Jabatan terlama sebagai PM Norwegia dipegang oleh Einar Gerhardsen (Ap/1945-1965). 

Sementara, Erna Solberg menjabat selama dua periode sejak 2013. Sebetulnya bisa saja ia dipilih lagi bila partainya (Høyre) menang. Dia juga tidak menyembunyikan niatnya jadi PM untuk ketiga kalinya. Tidak seperti pemimpin suatu negara yang malu-malu tapi mau jadi presiden lagi untuk ketiga kalinya.

Baca juga : Ini Syarat UMK Ikuti Program Sertifikasi Halal Gratis

Ambisi politik itu jelas ada. Namun, ketika suara rakyat tidak menghendaki, dan demokrasi dijalankan secara jujur, adil, dan transparan, maka menang atau kalah itu bukan persoalan besar. Toh, ia bisa tetap berkontribusi untuk bangsa dan negara dengan cara lain.
photo
 
Keterangan foto: Suasana kampanye di Norwegia di tengah pandemi. Begitu rapi, sederhana, dan tertib. - (Savitri Icha Khairunnisa)

                                    *****

Meski saya dan suami tidak berhak ikut pemilu parlemen (karena bukan WN Norwegia), berita tentang pemilu sempat jadi bahan diskusi hangat di keluarga kami. 

Bagaimana peta politik Norwegia mulai bergeser. Statusnya sebagai negara penghasil minyak dan gas terbesar di Eropa tidak menghalangi Norwegia untuk mulai berfokus pada sumber-sumber alam terbarukan. Terlebih generasi muda sebagai pemilih baru, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang memiliki perhatian khusus pada keberlangsungan lingkungan hidup dan bumi. 

Partai-partai besar di sini memberi janji kampanye untuk mengurangi emisi karbon, dan memperbanyak sumber-sumber energi yang lebih ramah lingkungan.

Termasuk anak saya Fatih dan teman-temannya yang ternyata semangat berdiskusi tentang politik. Di sekolah mereka dapat pelajaran Samfunnsfag (Social Studies), di mana salah satu temanya adalah dunia politik Norwegia.

Saat pemilu kemarin, murid-murid kelas 10 diajak ke pusat Kota Haugesund. Mereka mengunjungi kantor-kantor perwakilan beberapa partai. Di sana mereka bisa melihat dan berinteraksi langsung dengan para kader partai. Pulangnya Fatih membawa oleh-oleh dari kampanye Ap (Partai Buruh) seperti di foto itu. Cuma segitu aja. Sungguh minim biaya.

Bagus sekali kalau remaja sudah diajari melek politik. Meski nantinya mereka tidak berkecimpung di dunia politik, pemahaman yang baik tentang politik sangat perlu. Karena hampir semua sektor kehidupan masyarakat tersentuh politik. Pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, jaminan hari tua, tunjangan untuk anak, kebijakan dalam dan luar negeri, kehidupan beragama, dan keseharian masyarakat.

Saya sempat tanya pada Fatih, dia akan memilih partai apa kalau sudah waktunya nanti. Dia bilang akan pilih partai yang melindungi pekerja dan pendatang seperti dirinya, dan peduli lingkungan. Dia bilang bahwa guru-gurunya pasti senang karena partai yang menaungi mereka (Ap) menang. Apalagi ibu wali kelas Fatih adalah ketua Partai Buruh (Ap) di kota tetangga.

                     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement