REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Program Pengenalan Kampus (P2K) yang berjalan 13-19 September 2021. Setidaknya, ada 6.160 mahasiswa baru (maba) mengikuti acara yang diselenggarakan secara daring dan luring ini.
Rektor UAD, Muchlas mengatakan, P2K ini dapat dijadikan sebagai titik tolak pembinaan akademik dan non akademik bagi mahasiswa UAD. Sehingga, diharapkan dapat menghasilkan generasi yang berintegritas, mencerahkan, berkemajuan, amanah, dan ikhlas.
Muchlas menekankan, UAD memiliki visi menjadi perguruan tinggi (PT) yang diakui hingga ke kancah internasional dan dijiwai dengan nilai-nilai keislaman. Visi tersebut, dikembangkan menjadi PT yang unggul, profesional dan memberikan manfaat bagi bangsa dan umat manusia.
Dalam mencapai visi tersebut, kata dia, perlu didukung dengan karakter mahasiswa yang tangguh. Tangguh dalam hal ini diartikan dengan takwa, amanah, nalar, gesit, gembira, ulet dan humanis.
"Impian tersebut kita realisasikan dengan memajukan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, kerja sama dan tata kelola PT yang baik yang semuanya dijiwai nilai-nilai keislaman," kata Muchlas di Amphitarium Kampus Utama UAD, Bantul, Senin (13/9).
Karakter mahasiswa yang tangguh dinilai menjadi spirit dalam mengukir banyak prestasi. Dengan karakter ini, kata Muchlas, telah mengantarkan UAD memiliki banyak prestasi baik itu di tingkat nasional maupun internasional sebagai salah satu PT Muhammadiyah.
Di masa pandemi Covid-19 saat ini, Muchlas menyebut merupakan tantangan dan peluang yang dapat dimanfaatkan mahasiswa sebagai bagian dari civitas akademik. Mahasiswa diharapkan dapat berkontribusi dalam menciptakan kreativitas dan inovasi dengan memanfaatkan teknologi dalam pemulihan kesehatan, ekonomi dan penyelenggaraan pendidikan.
"UAD terus berkomitmen dalam membangun mahasiswa yang tangguh melalui proses adaptasi yang kreatif dan inovatif," ujarnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir juga mengingatkan agar mahasiswa menjadi generasi yang khaira ummah. Generasi khaira ummah, kata Haedar, harus dipupuk dan dibangun dalam semangat yang tinggi.
"Kalian harus menjadi orang-orang yang berjiwa ihsan, hasil dari aktualisasi iman dan takwa. Ihsan itu beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, walau tidak bisa melihat-Nya tapi yakin Allah melihat," kata Haedar.
Haedar juga menekankan agar mahasiswa di PT Muhammadiyah menjadi mahasiswa yang gigih, dan mencintai ilmu, termasuk di dalamnya profesionalitas. Walaupun di masa pandemi saat ini kegiatan perkuliahan masih dilakukan secara daring, namun harus dijadikan semangat dalam mencari ilmu yang lebih tinggi.
"Justru di era pandemi harus lebih disiplin, kalau tidak ada jiwa mandiri dalam pembelajaran maka tidak akan memperoleh banyak hal. Jadi harus menjadi orang-orang yang haus dan lapar ilmu, juga menguasai iptek dan keahlian," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim mengajak agar mahasiswa agar dapat memanfaatkan program Kampus Merdeka. Melalui program ini, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman yang dinilai menjadi 'kendaraan' untuk meraih masa depan.
"Antara lain magang di perusahaan atau organisasi, melakukan studi independen, membangun desa, melakukan riset, mengerjakan proyek kemanusiaan, merancang wirausaha, melakukan pertukaran baik mahasiswa dalam dan luar negeri, mengajar di SD atau SMP melalui program kampus belajar," kata Nadiem.