Ahad 05 Sep 2021 05:30 WIB

Buru Pelaku Penyerangan, TNI tak Ingin Masyarakat Ketakutan

Ada dugaan orang-orang yang terlibat penyerangan, juga berada di tengah masyarakat bi

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Agus Yulianto
Empat peti Jenazah anggota TNI korban serangan separatis berada di Aula Praja Vira Tama Markas Komando Korem 181/PVT Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (2/9/21). Empat jenazah prajurit TNI AD, korban penyerangan Kelompok Saparatis Teroris (KST) di Pos persiapan Koramil Kisor Distrik Aifat, Kabupaten Maybrat, Papua Barat tiba dan disemayamkan di Kota Sorong untuk selanjutnya akan diterbangkan ke daerah masing-masing.
Foto: ANTARA/OLHA MULALINDA
Empat peti Jenazah anggota TNI korban serangan separatis berada di Aula Praja Vira Tama Markas Komando Korem 181/PVT Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (2/9/21). Empat jenazah prajurit TNI AD, korban penyerangan Kelompok Saparatis Teroris (KST) di Pos persiapan Koramil Kisor Distrik Aifat, Kabupaten Maybrat, Papua Barat tiba dan disemayamkan di Kota Sorong untuk selanjutnya akan diterbangkan ke daerah masing-masing.

REPUBLIKA.CO.ID, PAPUA -- Tentara Nasional Indonesia (TNI) memastikan kondisi keamanan masyarakat di Maybrat, Papua Barat dalam situasi normal, dan kondusif. Meskipun ada operasi gabungan pengejaran para pelaku penyerangan pos Koramil di Kampung Kisor, Aifat Selatan. 

Namun Kapendem Kasuari, Kolonel Arm, Hendra Pesireron mengatakan, TNI dan Polri melakukan pengejaran, tanpa membuat rasa ketakutan di masyarakat. Kata Hendra, rasa ketakutan masyarakat ini yang menurut TNI menjadi faktor penting dalam upaya pengejaran para pelaku penyerbuan. 

“Selain karena lokasi medannya yang sulit, dalam pengejaran, TNI (dan Polri) juga tidak mau membuat masyarakat setempat menjadi ketakutan. Kita (TNI) tidak boleh membuat masyarakat menjadi ketakutan,” ujar Hendra, saat dihubungi Republika, dari Jakarta, Sabtu (4/9). 

TNI pun, kata Hendra, tak ingin asal main tangkap orang-orang yang diduga turut terlibat. Karena, kata Hendra meyakini, ada dugaan orang-orang yang terlibat dalam penyerangan, juga berada di tengah-tengah masyarakat biasa. 

“Kita (TNI dan Polri) tidak boleh salah lirik. Ini hanya sebagian saja. Masyarakat mayoritas kebanyakan, tidak tahu apa-apa. Jadi kita jangan salah lirik untuk menangkap,” ujar Hendra.

Kata Hendra, TNI dari satuan Yonif Raider, dan personel Kodim Maybrat, sudah menangkap MM, dan SY. Dua pemuda yang diduga ikut terlibat dalam penyerangan dengan senjata tajam, dan senjata api ke Pos Koramil Maybrat. Pasukan TNI, kata Hendra, sudah menyerahkan dua terduga pelaku penyerangan tersebut, dalam kondisi hidup ke Polres Sorong, untuk penyidikan, dan introgasi maksimal atas peristiwa yang menewaskan empat personel militer itu.

Hendra mengatakan, dugaan sementara, aksi penyerangan tersebut dilakukan oleh kelompok separatis teroris (KST) Papua Barat, yang dipimpin Manfret Patem yang saat ini dicap buronan. “TNI (dan Polri) masih terus melakukan pengejaran kelompok ini. Statusnya sekarang DPO,” ujar Hendra. 

Hendra menambahkan, sejak Jumat (3/9), satu kompi pasukan militer, dan 50 personel Brimbol-Polri diterjunkan ke Kampung Kisor, Aifat Selatan, untuk menambah tim pengamanan lokasi, dan pengejaran terhadap KST Manfret Patem.

Penyerangan Pos Koramil Kisor, terjadi pada Kamis (2/9) subuh. Dikatakan, sekitar 50-an orang melakukan penyerangan terhadap pos persiapan TNI di wilayah itu. Empat anggota militer gugur dalam penyerangan tersebut. Mereka antara lain, Serda Amrosius, Praka Dirham, Pratu Zul Ansari, dan Lettu Chb Dirman. Dua personel militer lainnya, pun mengalami luka parah atas serangan tersebut. 

Dalam pernyataan terbuka kepada media, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan itu. Juru Bicara TPN-PB OPM Sebby Sambom mengatakan, serangan pos militer di Maybrat tersebut, sebagai perlawanan bersenjata terhadap pasukan TNI, maupun Polri. 

“Panglima Kodam IV Sorong Raya TPNPB-OPM bertanggungjawab atas penyerangan ini,” kata dia, Kamis (2/9).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement