Jumat 27 Aug 2021 07:23 WIB

Perbedaan Lima Jenis Vaksin di Indonesia, Mana yang Aman?

Perbedaan kelima jenis vaksin itu pada teknik pengembangan bahan baku dan target.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Mas Alamil Huda
Vaksin Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Vaksin Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan perbedaan lima jenis vaksin Covid-19 yang sudah masuk ke Indonesia hingga saat ini, yakni Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer. Perbedaan kelima jenis vaksin itu ada pada teknik pengembangan bahan baku dan juga target untuk populasi di Indonesia.

Pertama, kata Wiku, dua vaksin buatan perusahaan farmasi China yakni Sinovac dan Sinopharm merupakan jenis vaksin inaktif. Vaksin inaktif ini dalam pengembangannya, menggunakan seluruh bagian virus.

"Vaksin ini menggunakan seluruh bagian dari virus yang dapat dikategorikan menjadi vaksin inaktif dengan virus yang telah dimatikan oleh senyawa kimia, pemanasan atau radiasi," ujar Wiku pada konferensi daring, Kamis (26/8).

Lalu kedua, ada jenis vaksin yang teknik pengembangan bahan bakunya berasal dari virus hidup yang dilemahkan dan vektor virus yang tidak menyebabkan penyakit untuk mengirimkan protein khusus. Sehingga dapat menimbulkan respon kekebalan.

Wiku mengatakan, vaksin yang menggunakan bagian tertentu dari virus atau sub unit bagian spesifik dalam pengembangan jenis vaksin ini umumnya ialah senyawa protein dari virus.

Baca juga : Kopmas Minta Pemerintah Jamin Gizi Anak Yatim Korban Covid

Lalu ketiga, jenis vaksin yang teknik pengembangannya menggunakan bagian genetik virus yaitu asam nukleatnya berupa DNA atau RNA. DNA atau RNA dari komponen ini berfungsi sebagai cetak biru untuk menghasilkan protein yang menimbulkan respons imunitas khusus.

"AstraZeneca yang tergolong vaksin vektor virus serta Moderna dan Pfizer yang tergolong vaksin dengan memanfaatkan teknologi genetika," kaga Wiku.

Namun demikian, Wiku menegaskan keamanan dari semua vaksin tersebut. Sebab, sebelum vaksin dinyatakan aman dan efektif digunakan, telah melalui tahapan evaluasi yang cukup panjang.

Bahkan, kata Wiku, secara statistik umumnya hanya 7 dari 100 atau sekitar 0,07 persen kandidat vaksin saja yang dianggap cukup mampu meneruskan ke tahap uji klinis pada manusia.

Karena itu, pemerintah menjamin setiap jenis vaksin yang ada saat ini, sama-sama efektif. Ini seiring dengan semakin banyaknya pasokan vaksin yang masuk ke Indonesia dan bahkan berpeluang bertambah jenis kedepannya.

"Perbedaan angka efektivitas vaksin atau kemampuan untuk membentuk kekebalan tubuh antara satu vaksin dengan vaksin lainnya bukanlah hal yang harus dikhawatirkan," katanya.

Baca juga : Kasus Covid di Indonesia Turun 34 Persen

Sementara, terkait target spesifik populasi vaksinasi yang ditetapkan pemerintah untuk tiap jenis vaksin telah berdasarkan pada temuan ilmiah saat uji klinis dilakukan. Wiku mengatakan, setiap jenis vaksin telah ditetapkan target populasinya berdasarkan usia dan faktor kesehatan lainnya.

"Misalnya vaksin untuk anak usia 12-17 tahun yaitu menggunakan vaksin Sinovac atau Pfizer maupun berdasarkan pertimbangan kondisi kesehatan tertentu, misalnya ibu hamil menggunakan vaksin Sinovac, Pfizer dan Moderna," kata Wiku.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement