Jumat 27 Aug 2021 07:19 WIB

'Kudeta' Raja Kasepuhan, Mematik Bara Seteru Dualisme Sultan

Santana Kesultanan Cirebon tak akui Luqman maupun Rahardjo sebagai Sultan Kasepuhan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Keraton Kasepuhan Cirebon, sebuah kerajaan Islam ternama di Jawa Barat.
Foto:

Buhun Santana tak akui Luqman dan Rahardjo

Dihubungi terpisah, Sekretaris Buhun Santana Kesultanan Cirebon, Raden Hamzaiya, menilai, penyebab kericuhan itu akibat Rahardjo melakukan prosesi pelantikan petinggi Keraton Kasepuhan versi dirinya sendiri.

"Proses pelantikan itu, sama halnya seperti jumenengan, tidak melibatkan pihak Santana. (Tindakan Rahardjo) sangat terburu-buru dan sangat tidak mengedepankan nilai pepakem kesultanan,’’ kata Hamzaiya kepada Republika, Kamis (26/8).

 

photo
PR Luqman Arief Zulkaedin (tengah) mengikuti upacara penobatan menjadi Sultan Sepuh XV di Cirebon, Jawa Barat, Ahad (30/8/2020). Pangeran Raja Luqman Arief Zulkaedin mewarisi tahta keraton Kasepuhan sebagai sultan sepuh XV dari ayahnya Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat yang meninggal dunia pada Juli lalu. - (Antara/Dedhez Anggara)

 

Hamzaiya menjelaskan, Santana Kesultanan Cirebon merupakan wadah dzuriah atau keturunan Sunan Gunung Jati. Dia menegaskan, pihak Santana Kesultanan Cirebon tidak mengakui Luqman maupun Rahardjo sebagai Sultan Kasepuhan.

"Luqman maupun Rahardjo bukan keluarga kami," tegas Hamzaiya.

Menurut Hamzaiya, garis keturunan Luqman bermuara pada Alexander (Sultan Sepuh XII). Dia menyatakan, Alexander bukan keturunan murni Sunan Gunung Jati.

Sedangkan Rahardjo, berasal dari garis keturunan perempuan dari Sultan Sepuh XI. Rahardjo merupakan anak dari Ratu Mas Dolly Manawijah, yang merupakan anak perempuan dari istri kedua Sultan Sepuh XI.

"Itu berlawanan dengan pepakem. Kami menentang keras," cetus Hamzaiya.

Meski menolak kedua sosok tersebut sebagai Sultan Kasepuhan, Hamzaiya menyatakan, pihaknya saat ini belum memutuskan siapa yang tepat menjadi sultan di Keraton Kasepuhan. Dia menjelaskan, pihaknya saat ini masih fokus untuk membenahi manajemen pengelolaan Keraton Kasepuhan.

Santana Kesultanan Cirebon bahkan pernah menggembok gerbang Keraton Kasepuhan Cirebon pada Selasa, 17 Agustus 2021. Selain menggembok, mereka juga memasang spanduk bertuliskan 'Segel'. Namun tak berselang lama, ada orang yang menurunkan spanduk itu kembali. 

Hamzaiya menyatakan, penyegelan itu merupakan bentuk ketidakpercayaan para dzuriyah Sunan Gunung Jati terhadap pengelolaan Keraton Kasepuhan. Dia menilai, pengelolaan Keraton Kasepuhan saat ini telah melanggar UU Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010. 

"Kami berharap Pemkot Cirebon dan Pemprov Jabar turun tangan untuk menyelesaikan (polemik) di (Keraton) Kasepuhan," tandas Hamzaiya. 

 

Semoga, keterlibatan Pemkot Cirebon, Pemprov Jabar maupun pihak terkait lainnya, bisa menyelesaikan kisruh di Keraton Kasepuhan tersebut? Sehingga penggulingan Raja Cirebon ini diselesaikan secara damai? Kita lihat nanti...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement