Kamis 26 Aug 2021 07:19 WIB

Studi, Deddy Corbuzier, dan Narasi Herd Immunity

Apa yang terjadi pada Deddy Corbuzier membuktikan Covid-19 masih misteri.

Deddy Corbuzier  (foto ilustrasi)

Oleh : Mas Alamil Huda, Jurnalis Republika

Jangan juga lupa, cakupan vaksinasi kita masih rendah. Per Senin (23/8) pukul 18.00 WIB, capaian vaksinasi kita masih sekitar 58 juta orang dari 208 juta sasaran. Itu dosis pertama. Sedangkan yang telah menerima dosis lengkap 32 juta orang atau baru 15 persen dari total sasaran. Jadi, tidak seharusnya asa kita pupus dengan terjadinya outbreak pada Juni-Juli lalu. Karena saat itu cakupan vaksinasi kita memang masih rendah. Harapan pada vaksin belum sepenuhnya gugur.

Maka mengejar cakupan vaksinasi sebanyak-banyaknya adalah keharusan yang musti disegerakan. Mengapa? Karena vaksinasi sejauh ini membuktikan mampu menurunkan risiko sebagian besar orang yang telah menerimanya dari kemungkinan gejala berat.

Pertanyaan selanjutnya adalah ‘sebanyak-banyaknya’ itu berapa. Target awal cakupan 208 juta diharapkan sudah bisa membentuk herd immunity. Dengan hitungan itu, orang yang belum atau tidak memungkinkan divaksinasi bisa terlindungi dari paparan Covid-19 dengan mayoritas populasi telah divaksin atau memiliki kekebalan.

Tetapi ada beberapa variabel yang mempengaruhi hitungan tercapainya herd immunity. Salah satunya adalah efektivitas vaksin. Turunnya efektivitas vaksin dalam beberapa penelitian harusnya mempengaruhi hitung-hitungan itu semua. Beberapa peneliti mengkhawatirkan ini.

Faktanya memang ada yang masih tetap terinfeksi meski telah menerima dosis lengkap, meski gejalanya tidak berat. Ada juga yang mengalami reinfeksi. Herd immunity jadi agak goyah dengan fakta-fakta tentang vaksin dan Covid-19 yang sangat dinamis ini.

Saya pribadi mengusulkan bukan narasi herd immunity yang berada di depan untuk meyakinkan pentingnya vaksinasi. Tetapi edukasi tentang perlunya vaksin bagi perlindungan individu. Sekali lagi, tentang vaksin dan proteksi terhadap individu. Artinya, setiap orang butuh dan perlu untuk divaksin.

Maka, ‘sebanyak-banyaknya’ bisa berarti semua warga, kecuali yang tidak memungkinkan secara medis. Bagaimana dengan mereka yang berkukuh tidak mau divaksin dengan berbagai alasan? Tinggalkan saja.

Tugas pemerintah adalah memberikan vaksin bagi siapa saja yang mau dan memenuhi syarat secara medis. Masih banyak sekali yang mau dan menunggu mendapat jatah vaksin dibandingkan mereka yang enggan. Kewajiban pemerintah adalah memberikan hak-hak kepada mereka yang menunggu itu. Tidak ada pilihan lain bagi kita saat ini. Geber vaksinasi sekencang-kencangnya.

Dan yang musti kita ingat adalah bahwa semuanya itu ada di wilayah ikhtiar. Tapi memang begitulah perintah Tuhan kepada kita. Semoga ikhtiar kita diridhoi-Nya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement