Senin 23 Aug 2021 20:49 WIB

Pelonggaran Level PPKM Kala Kasus Positif Turun 78 Persen

Jakarta dan sekitarnya turun ke level 3 di perpanjangan PPKM hingga 30 Agustus.

Warga berolahraga di area luar Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Ahad (22/8). Pada pengumuman perpanjangan PPKM Senin (23/8), wilayah aglomerasi Jabodetabek turun ke level 3.
Foto:

Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, PPKM harus terus dilanjut, dipantau dan dievaluasi. Ia berpendapat, gelombang serangan virus Delta belum selesai atau berakhir.

"Kalau saya lihat masa PPKM ada dampaknya yaitu mencegah skenario terburuk. PPKM juga hanya memperlambat penyebaran virus belum bisa menghentikan. Mayoritas penduduk Jawa dan Bali masih rawan," katanya saat dihubungi Republika, Senin (23/8).

PPKM, sarannya, bisa dilanjut dengan adanya pelonggaran. Tapi pelonggaran yang tidak berlebihan atau terukur. Seperti diterapkan semua daerah bisa kembali aktif dalam satu aspek sektor tapi hanya 50 persen. Lalu, hal ini harus dipantau. Jangan ada daerah yang menerapkan 100 persen itu tidak akan saling menunjang.

"PPKM-nya dilanjut tapi levelnya menurun. Dituntaskan dan dibereskan dulu indikatornya. Masih banyak kasus infeksi yang tidak terdeteksi," kata dia.

Pelonggaran PPKM ditegaskannya tetap harus dikawal dengan penguatan 3T. Jika semua ikut dilonggarkan, bukan tidak mungkin kasus bisa meningkat kembali. Karena itu Dicky meminta protokol kesehatan (prokes) harus tetap diterapkan dan jangan lupa lakukan vaksinasi.

Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengatakan, setelah vaksinasi masyarakat tetap harus mempraktikkan disiplin prokes. Indonesia bisa belajar dari kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS). Negeri Paman Sam dikatakan Mufida baru saja mengalami kenaikan kasus Covid-19 hingga 1.000 persen.

Mufida menyebut salah satu penyebab melonjaknya kasus di AS hingga 10 kali lipat tersebut karena masyarakat sudah abai dengan prokes. Ia menyebut proses vaksinasi bukan berarti abai dengan prokes 3M.

"Kita harus belajar dari kasus ini. Ini membuktikan tingginya angka vaksinasi harus tetap dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan 5M bagi masyarakat dan 3T bagi pemerintah," kata Mufida dalam keterangan pers.

Selain itu, Mufida mengingatkan tempat-tempat publik yang sudah mulai dibuka dengan menunjukkan sertifikat vaksin harus tetap menyediakan sarana warga untuk menjalankan prokes. Ia berharap publik tak lengah di tempat-tempat tersebut.

"Tempat-tempat publik harus tetap menyediakan sarana cuci tangan, mengatur jumlah pengunjung dan mengingatkan agar terus memakai masker. Edukasi harus terus berjalan," ucap Mufida.

Mufida menyinggung pula Indonesia masih mencatatkan data kematian yang tinggi di dunia dalam satu hari. "Kasus di Indonesia hampir menyentuh 4 juta dan kasus kematian kita masih tertinggi di dunia dalam beberapa hari di atas 1.000 kasus kematian. Vaksinasi kita juga masih jauh dari target. Jadi tetap jalankan protokol kesehatan dan lakukan gaya hidup yang sehat," tutur Mufida.

photo
Ilustrasi PPKM Level 4 - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement