REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Holtikultura Riau mencatat daerah itu baru bisa memproduksi beras sebanyak 139.130 ton per tahun atau pada lahan yang satu tahun dua kali tanam, baru bisa memenuhi kebutuhan pangan penduduk daerah itu hingga 24 persen.
"Untuk menutupi kekurangannya Riau sudah merancang kerjasama antar daerah. Ini dilakukan juga agar tidak terjadi lonjakan harga walaupun kurang secara faktual Riau juga menyuplai kebutuhan pangan yang sama ke Kepri dan Sumut, sehingga perlu kerjasama antar daerah," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Wisnu Handana, kepada wartawan di Pekanbaru, Rabu (18/8).
Wisnu mengatakan, sejauh ini pemerintah Provinsi Riau telah menargetkan minimal hasil panen dapat memenuhi kebutuhan hingga 50 persen hingga 2024 mendatang melalui terobosan potensi padi lahan kering (padi Gogo). Karenanya kini, katanya Pemrov Riau sedang menyiapkan varietas unggul lokal padi gogo dengan harapan pada tahun 2022 sudah dapat dilepas oleh Menteri Pertanian yang diharapkan bisa ditanam pada sejumlah lahan persawahan yang tersedia.
"Riau memiliki 62.689 hektare lahan sawah yang tersebar di kabupaten dan kota dan dalam penggunaannya, lahan tersebut terbagi atas dua kategori yakni kategori pemanfaatan sekali seluas 59.843 hektare dan kategori pemanfaatan dua kali seluas 14.321 hektare," katanya.
Menurutnya produktivitas lahan yang ada dinilai sudah cukup bagus. Dimana setiap hektare dapat menghasilkan 3,76 ton padi. Namun, memang masih belum cukup memenuhi kebutuhan hingga 100 persenIa menambahkan bahwa berdasarkan data BPS jumlah penduduk Riau mencapai 6,39 juta jiwa sedangkan kebutuhan akan beras mencapai 571.216 ton sementara hasil panen di Riau hanya mencapai 139.130 ton beras.