Selasa 17 Aug 2021 02:21 WIB

Kompetisi Menuju Pilpres, Menakar Antara Ganjar dan Anies

Survei menempatkan Ganjar dan Anies dengan elektabilitas tinggi

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Survei menempatkan Ganjar dan Anies dengan elektabilitas tinggi, Ilustrasi Ganjar Pranowo
Foto:

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini menilai nama Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan memang merupakan dua kutub yang saling bersaingan satu dengan lainnya. "Apalagi mereka memiliki dua kutub bersebrangan. Anies kemungkinan besar di dukung partai oposisi sedangkan Ganjar didukung partai pendukung pemerintah saat ini," ungkapnya. 

Hal inilah, kata Adi Prayitno yang membuat persepsi publik terhadap kandidat terkuat Capres di 2024 terkunci pada kedua sosok Gubernur tersebut. "Ini membuat survei menempatkan keduanya tertinggi. Pemberitaan di media menempatkan Ganjar dan Anies selalu di spot light paling sering. Untuk kandidat lainnya ada, tapi yang mendominasi tetap Ganjar dan Anies," jelas Adi Prayitno. 

"Kemungkinan bisa ada empat paslon (Capres - Cawapres). PDI Perjuangan bisa mengusung sendiri. Namun jumlah poros Parpol bisa hanya dua Paslon apabila tidak ada jagoan figur dan logistik yang dominan," ungkap Adi.  

Sedangkan pengamat komunikasi politik, Emrus Sihombing, menyebutkan kedua kandidat memiliki peluang cukup besar apabila dilihat dari statistik kuantitatif. "Ada ketakutan partai politik apabila tidak mengusung calon dengan elektabilitas tertinggi maka perolehan suara partai akan rendah," kata Emrus Sihombing.

Saat ini, publik sedang menilai prestasi dan kinerja keduanya (Ganjar dan Anies) dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala daerah di wilayahnya masing-masing. 

"Jadi meskipun Ganjar Pranowo paling tinggi elektabilitasnya dalam sejumlah survei, kemudian Anies juga perolehan suaranya tinggi, namun keduanya harus menjalankan tugasnya dengan baik dalam menghadapi pandemi Covid-19," kata Emrus.

Dia menyebutkan, sosok pemimpin daerah khusus gubernur memiliki kans baik di Pilpres. Hal ini seperti terlihat pada Presiden Jokowi di 2014. 

 

"Sebaiknya setiap partai politik memiliki kader terbaiknya sejak dini sehingga masyarakat dapat menilai rekam jejaknya dalam menjalankan tugas secara leluasa dan tidak mengumumkan di menit-menit terakhir," jelas Emrus Sihombing. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement