Kamis 12 Aug 2021 15:23 WIB

43,3 Persen Masyarakat tak Percaya Data Covid-19 Pemerintah

Masyarakat membutuhkan kejujuran dan keterbukaan informasi.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Ratna Puspita
Charta Politika merilis hasil survei terbarunya yang menunjukkan bahwa 43,3 persen masyarakat menyatakan tidak percaya terhadap data Covid-19 yang disampaikan oleh pemerintah. Dari 43, 3 persen itu, 37,1 persen menyatakan kurang percaya dan 6,2 persen menyatakan tidak percaya sama sekali. (Foto: Ilustrasi data pasien covid-19)
Foto: republika
Charta Politika merilis hasil survei terbarunya yang menunjukkan bahwa 43,3 persen masyarakat menyatakan tidak percaya terhadap data Covid-19 yang disampaikan oleh pemerintah. Dari 43, 3 persen itu, 37,1 persen menyatakan kurang percaya dan 6,2 persen menyatakan tidak percaya sama sekali. (Foto: Ilustrasi data pasien covid-19)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Charta Politika merilis hasil survei terbarunya yang menunjukkan bahwa 43,3 persen masyarakat menyatakan tidak percaya terhadap data Covid-19 yang disampaikan oleh pemerintah. Dari 43, 3 persen itu, 37,1 persen menyatakan kurang percaya dan 6,2 persen menyatakan tidak percaya sama sekali. 

"Kemampuan pemerintah pusat dalam penanganan pandemi Covid-19 dan kepercayaan terhadap data terkait Covid-19 yang disajikan pemerintah tergolong rendah," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam rilis daringnya, Kamis (12/8). 

Baca Juga

Sementara itu, 53,1 persen masyarakat menyatakan percaya dengan data Covid-19 yang disajikan oleh pemerintah. Dari 53,1 persen, 4,5 persen masyarakat menyatakan sangat percaya dan 48,6 persen mengaku cukup percaya. 

"Yang dibutuhkan masyarakat adalah paling tidak itu adalah kejujuran dan keterbukaan informasi. Kita ini lagi susah, susahnya seberapa jauh levelnya, sehingga kita dapat menghadapi ini bersama-sama," ujar Yunarto. 

Kepercayaan masyarakat terhadap data perlu segera dibangun oleh pemerintah. Sebab jika kepercayaan publik tak hadir, sebanyak apapun kebijakan penanganan Covid-19 tidak akan maksimal pelaksanaannya. 

Baca juga : PSI DKI Minta Maaf Anggotanya Nyolot Soal Ganjil-Genap

"Kalau hal-hal penting terkait data ada apatisme, skeptis masyarakat, cenderung tidak percaya akan cenderung sulit untuk kita berharap adanya kolaborasi antara pemerintah dan warga," ujar Yunarto. 

Ia menilai pembangunan kepercayaan publik belum dilakukan maksimal oleh pemerintah, khususnya yang terkait dengan data Covid-19. Padahal, data dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan penanganan pandemi. 

Di samping itu, ia juga mengkritik komunikasi pemerintah kepada publik terkait kebijakan penanganan Covid-19. Hal tersebut semakin diperparah dengan kehadiran istilah-istilah yang kerap berganti selama penerapannya.

"Komunikasi menjadi PR (pekerjaan rumah) besar untuk pemerintah, siapa panglima komando penanganan, berubah-ubah formasi. Semoga tidak terjadi lagi perubahan dan otomatis gaya komunikasi dan pendekatan tidak akan berubah," ujar Yunarto. 

Charta Politika melakukan survei pada 12 hingga 20 Juli 2021, dengan jumlah responden sebanyak 1.200. Metode wawancara dilakukan secara tatap muka, dengan metode multistage random sampling. 

Unit sampling primer survei (PSU) ini adalah desa/kelurahan dengan jumlah masing-masing 10 orang dari 120 desa/kelurahan yang tersebar di Indonesia. Adapun margin of error sebesar kurang lebih 2,83 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement