Sabtu 07 Aug 2021 11:59 WIB

Guru Besar FKUI: Waspadai Gelombang Covid-19 Berikutnya

Guru Besar FKUI meminta Pemerintah analisa terjadinya fluktuasi Covid-19 di RI

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Joko Widodo meninjau sejumlah fasilitas usai meresmikan Rumah Sakit Modular Pertamina di Jakarta, Jumat (6/8/2021). Rumah Sakit khusus pasien COVID-19 yang berlokasi di kawasan Tanjung Duren tersebut memiliki kapasitas 305 tempat tidur yang terdiri atas tempat tidur isolasi, tempat tidur High Care Unit (HCU) dan Intensive Care Unit (ICU).
Foto: ANTARA/Biro Pers Setpres/Muchlis Jr
Presiden Joko Widodo meninjau sejumlah fasilitas usai meresmikan Rumah Sakit Modular Pertamina di Jakarta, Jumat (6/8/2021). Rumah Sakit khusus pasien COVID-19 yang berlokasi di kawasan Tanjung Duren tersebut memiliki kapasitas 305 tempat tidur yang terdiri atas tempat tidur isolasi, tempat tidur High Care Unit (HCU) dan Intensive Care Unit (ICU).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar FKUI Prof  Tjandra Yoga Aditama meminta pemerintah mewaspadai gelombang Covid-19 berikutnya. Ia berharap pemerintah cermat dalam menganalisa situasi dan tepat mengambil keputusan.

Prof Tjandra memantau temuan kasus baru Covid-19 sudah hampir 40 ribu per hari. Bahkan angka kematian sudah hampir 2 ribu lagi. Walau mungkin distribusi daerahnya berbeda dengan data saat kasus per hari 50 ribu dan kematian 2 ribu.

"Walau kita tidak berharap kasus akan naik lagi, tapi baik mulai sekarang sudah dilakukan persiapan matang kalau-kalau akan ada peningkatan kasus lebih besar dari yang lalu, mudah-mudahan tidak terjadi," kata Prof Tjandra kepada Republika, Sabtu (7/8).

Prof Tjandra menyarankan pemerintah menganalisa mendalam dari berbagai faktor penyebab fluktuasi jumlah kasus Covid-19 di Tanah Air. Dari situ, pemerintah bisa menganalisa pola kematian di masyarakat dengan berbagai parameter sosioepidemiologis guna memprediksi arah pandemi ke depannya.

"Lalu analisa mendalam secara klinis medis audit kematian di RS dan kenapa target tes 400 ribu belum tercapai," ujar mantan petinggi Kemenkes tersebut.

Prof Tjandra juga mengingatkan pemerintah supaya tak main-main dalam tugas tes, lacak, telusur. Menurutnya, pemerintah perlu mengevaluasi mengapa target belum tercapai. Sebab itulah salah satu perangkat dalam penanganan pandemi.

"Juga perlu analisa kenapa target vaksinasi 1 atau 2 juta sehari belum tercapai. Dengan dasar analisa-analisa mendalam tersebut secara amat ilmiah, maka pemerintah maksimalkan program pengendalian," ucap Prof Tjandra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement