Kamis 05 Aug 2021 05:41 WIB

IDI Dukung Luhut Libatkan Mahasiswa Kedokteran Atasi Pandemi

Indonesia saat ini tengah krisis tenaga kesehatan (nakes) dokter.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Mas Alamil Huda
Petugas menyuntikan vaksin COVID-19 ke tenaga kesehatan di Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, beberapa waktu lalu. Dinas Kesehatan Pemprov Sulawesi Utara melaksanakan vaksinasi massal kepada 3000 orang tenaga kesehatan se-Kota Manado, yang terdiri dari mahasiswa/i Kedokteran serta keperawatan dan ditargetkan selesai dalam sehari.
Foto: Antara/Adwit B Pramono
Petugas menyuntikan vaksin COVID-19 ke tenaga kesehatan di Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, beberapa waktu lalu. Dinas Kesehatan Pemprov Sulawesi Utara melaksanakan vaksinasi massal kepada 3000 orang tenaga kesehatan se-Kota Manado, yang terdiri dari mahasiswa/i Kedokteran serta keperawatan dan ditargetkan selesai dalam sehari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mendukung Koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan agar mahasiswa kedokteran yang saat ini memasuki tingkat akhir bisa dilibatkan atau diperbantukan menjadi tenaga kesehatan. Sebab, Indonesia saat ini tengah krisis tenaga kesehatan (nakes) dokter.

"(Mahasiswa kedokteran tingkat akhir) harus segera diluluskan," ujar Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (4/8).

Dalam pertemuan dengan Luhut, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Leon Alvinda Putra dan juga Ketua PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Raihan Ariatama menyatakan, mahasiswa siap membantu dan mendukung langkah pemerintah. Mereka juga memberikan masukan terkait upaya penanganan Covid-19 Jawa dan Bali.

Salah satunya, yaitu mahasiswa kedokteran yang saat ini memasuki tingkat akhir bisa dilibatkan atau diperbantukan menjadi tenaga kesehatan, dengan catatan keterlibatan mereka harus dijadikan atau diformulasikan menjadi sistem kredit semester (SKS) yang sudah diambil. Serta bisa dikaitkan dengan program Kampus Merdeka sehingga jadi mereka tetap mendapatkan kredit dalam kuliah.

Merespons masukan tersebut, Luhut pun mengaku akan segera menghubungi Mendikbudristek Nadiem Makarim untuk bisa merealisasikan usulan para mahasiswa. "Saya setuju sekali tujuan Kampus Merdeka ini dan akan segera menghubungi Menteri Nadiem untuk segera merealisasikan permintaan teman-teman mahasiswa ini, supaya pandemi ini dapat diatasi bersama-sama," ujar Menko Luhut.

Menurut Slamet Budiarto, mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang kemudian diluluskan uji kompetensi ini membantu pendampingan pasien Covid-19 isolasi mandiri (isoman). Artinya, PB IDI mendukung percepatan mahasiswa kedokteran tingkat akhir untuk segera membantu pandemi Covid-19. 

Sebab, dia menambahkan, saat ini krisis dokter karena pasien Covid-19 yang terus bertambah padahal jumlah dokter berkurang karena banyak yang terpapar virus, bahkan sampai meninggal dunia. Tambahan nakes dokter kini mendesak. Terkait jumlah mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang belum lulus uji kompetensi ini, ia mengaku tidak mengetahui pasti. "Ada di Dirjen Dikti (Kemendikbudristek), jumlahnya ribuan," ujarnya.

Terpisah, mantan ketua PB IDI Zaenal Abidin menambahkan, para mahasiwa tingkat akhir kedokteran yang belum lulus uji kompetensi bisa diberdayakan menjadi relawan untuk membantu penanganan Covid-19. Sebab, mereka telah menjalani pendidikan dan menjadi mahasiswa kedokteran dan jadi koas selama minimal enam tahun.

"Dibandingkan masyarakat umum atau mahasiswa kedokteran yang masih semester tiga kan masih mending mereka (mahasiswa tingkat akhir kedokteran belum lulus uji kompetensi) yang sudah mempelajari ilmu dan sudah menjajal menjadi koas," katanya.

Ia merekomendasikan, sebelum menjadi relawan penanganan Covid-19, mahasiswa tingkat akhir ini menjalani pelatihan terlebih dahulu. Kemudian, setelah menjadi relawan, para mahasiswa tingkat akhir ini tidak dilepaskan begitu saja. Ada tenaga kesehatan profesional yang ikut memantau dan mendampingi para mahasiswa tingkat akhir kedokteran ini. 

Zaenal menambahkan, hadirnya para mahasiswa tingkat akhir menjadi relawan ini tentu membantu tenaga medis dokter di Tanah Air yang kini terus berkurang. Menurut anggota PB IDI ini, terlibatnya mahasiswa tingkat akhir menjadi relawan ini juga menjadi motivasi untuk mereka karena ternyata jasanya masih dibutuhkan negeri ini. 

Menurutnya, ini sekaligus menjadi penyegaran bagi mahasiswa kedokteran tingkat akhir kedokteran ini untuk kembali bersemangat mengikuti uji kompetensi setelah sebelumnya gagal. "Kemudian, setelah pandemi Covid-19 berakhir, kebijakan mengenai uji kompetensi diserahkan kepada Kemendikbudristekdikti," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement