Tari Merak bukan hanya berbicara mengenai burung merak, tetapi juga berbicara mengenai masyarakat Sunda menjalani kehidupan sehari-hari. Anak-anak peserta didik perlu dikenalkan sejak dini agar tarian ini terus lestari serta meningkatkan kepekaan anak anak dengan budaya sendiri  ditengah-tengah serbuan budaya dari luar.

Selain dari BPIP, Hadir sebagai Pembicara Dr. Ir, Setiawan Wangsaatmaja, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, mengatakan, tari Merak sudah menjadi warisan budaya takbenda Indonesia pada tahun 2020. “Pembelajaran yang tidak pernah putus adalah kunci pada pembangunan pendidikan dan kebudayaan,” ucapnya. 

Menurutnya, prinsip pendidikan selama pandemi dikaitkan dengan tren saat ini. Kesehatan dan keselamatan prioritas utama. Tumbuh kembang peserta didik menjadi pertimbangan pemenuhan pelayanan pendidikan saat ini.

Hadir juga Irawati Durban Ardjo, pengajar tari dan pendiri Yayasan Pusat Bina Tari membahas tentang perjalanan tari Merak Sunda sebagai salah satu pembicara, yang menceritakan tentnag sejarah tari merak dimana tarian ini diciptakan pada tahun 1948 oleh Oemay Martakusumah dan Tjetje Soemantri. Pada tahun 1955, Tari Merak ditampilkan di Konferensi Asia Afrika di Bandung, ungkapnya

Acara webinar ini dimoderatori oleh Mukhammad Fahrurozi, Direktur Pengendalian BPIP RI dengan diikuti oeh 627 peserta yang terdiri dari Guru SMP, SMA bidang seni budaya dan guru PKN serta tenaga pendidik  di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

Ikuti Whatsapp Channel Republika