Jumat 30 Jul 2021 16:50 WIB

Bedakan Kritik & Oposisi Reaksioner di Penanggulangan Covid

Pandemi adalah perang dan menyatukan umat manusia dalam tujuan mengalahkan Covid-19.

Dua orang tenaga kesehatan beristirahat sejenak saat menunggu pasien di ruang isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum (RSU) Dadi Keluarga, Kabupetan Ciamis, Jawa Barat.
Foto:

Oleh : Selamat Ginting, Wartawan Senior Republika

Solidaritas

Dari sisi ilmu komunikasi, Prof Dr Rudy Harjanto dari Universitas Prof Dr Moestopo

(Beragama) Jakarta mengungkapkan, pandemi lebih dari sekadar krisis kesehatan, tetapi juga krisis sosial-ekonomi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. “Krisis ini berpotensi menciptakan efek sosial, ekonomi, dan politik yang akan meninggalkan luka yang dalam dan bekepanjangan,” ujar Rektor Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama).

Namun, di sisi lain, lanjutnya, situasi pandemi merupakan momentum memperkuat solidaritas, konektivitas, dan kreativitas. Banyak tindakan yang dapat dilakukan untuk melahirkan ide baru dan imajinasi yang dicirikan oleh kemampuan untuk memahami dunia dengan cara baru, menghubungkan peristiwa yang tampaknya tidak terkait, dan menghasilkan solusi.

Pandemi saat ini, kata dia, merupakan perang dan menyatukan umat manusia dalam tujuan yang sama untuk mengalahkan Covid-19. Pandemi juga menjadi musuh bersama bagi semua umat manusia, tidak seperti pergolakan masa lalu yang melibatkan konflik antar manusia di kedua sisi yang bermusuhan, saat ini umat manusia melawan virus.

Kondisi tersebut, menurut Rudy membuat perubahan komunikasi saat ini menjadi

komunikasi berputar (helical). Proses komunikasi merupakan produk dari apa yang dipelajari, atau apa yang dilihat, dibaca, didengar dalam keseharian. Untuk komunikasi yang lebih baik, menurut teori ini, proses komunikasi adalah produk dari apa yang dipelajari.

Riset dan inovasi

Menteri Koordinator Perekonomian, Dr (HC) Ir. Airlangga Hartanto, M.B.A., M.M.T,

mengatakan, dalam masa pandemi Covid-19, riset sosial ekonomi sangat diperlukan guna membantu pemerintah memahami perilaku dan seluruh aktor perekonomian yang terdistraksi akibat pandemi.

“Dengan adanya berbagai riset dan inovasi, pemerintah dapat menjalankan kebijakan secara research based policy, sehingga penerapannya akan lebih baik dan terstruktur. Ilmu sosial juga memiliki peran penting dalam memberikan rekomendasi terkait bagaimana masyarakat merespon dan mengatasi pandemi Covid-19,” tuturnya.

Menurut Airlangga, banyak pihak yang merespons pandemi Covid-19 lebih ditekankan kepada pendekatan medis yang mengakibatkan pembatasan gerak masyarakat. Di sisi lain, ilmu sosial memiliki peran penting dalam mencegah masyarakat agar tidak panik saat menghadapi situasi krisis yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

“Pemulihan ekonomi di Indonesia juga akan terus diakselerasi dengan memanfaatkan hasil riset dan inovasi termasuk dari riset sosial. Peran berbagai stakeholders yakni pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha tentunya diperlukan agar mendorong Indonesia keluar dari pandemi dan meraih pemulihan ekonomi dengan cepat,” tuturnya. Ia berharap, penelitian-penelitian di bidang sosial yang berhasil dipublikasikan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama dalam penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi nasional.

Motivasi Akademis

Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Unas Dr Suryono Efendi mengatakan, konferensi publikasi ilmiah ini merupakan bentuk motivasi dan dukungan bagi para akademisi untuk mengkaji dan mendalami isu-isu krusial yang tengah dihadapi masyarakat. “Keberadaan akademisi dan peneliti sangat dibutuhkan di masa pandemi Covid-19. Berbagai hasil kajian dan penelitian ilmiah juga dapat dijadikan referensi bagi masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat wabah pandemi,” katanya dalam sambutan.

Kepala LLDIKTI Wilayah III Jakarta, Prof Agus Setyo Budi, mengatakan, rangkaian

acara konferensi nasional ini merupakan upaya aktif diberbagai perguruan tinggi di lingkungan LLDIKTI Wilayah III Jakarta dalam menciptakan budaya menulis karya ilmiah, meningkatkan publikasi secara kualitas dan kuantitas, dan penyebaran ilmu pengetahuan yang masif dalam berbagai bidang.

“Saya berharap, kegiatan ini bisa menjadi wadah untuk memberikan masukan yang konstruktif bagi para pemangku kebijakan dan bermanfaat bagi kemajuan Indonesia yang saat ini masih berjuang dalam pemulihan ekonomi nasional,” harapnya.

Ada empat pembicara utama dalam konferensi ini. Dalam bidang ilmu politik Prof Dr Syarif Hidayat dari Unas, bidang sosiologi Dr Erna Ermawati Chotim dari Unas, bidang hubungan internasional Prof Dr Arry Bainus dari Unpad, dan bidang ilmu komunikasi Prof Dr Rudy Harjanto dari Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) Jakarta. Acara dimoderatori Dr Verdinand Robertua dari Universitas Kristen Indonesia (UKI).

Kegiatan ini terselenggara atas inisiasi dari beberapa universitas yang tergabung dalam konsorsium publikasi ilmiah bidang ilmu sosial yang dibentuk oleh LLDIKTI Wilayah III Jakarta. Adapun anggota konsorsium pertama ini: Unas sebagai tuan rumah, Universitas Prof. Moestopo (beragama), Universitas Pelita Harapan, Universitas Muhammadiyah Jakarta, UKI, Universitas Bakrie, dan Universitas Bina Nusantara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement