Jumat 30 Jul 2021 11:48 WIB

Varian Delta yang tak Pernah Diprediksi Ledakannya

Presiden sebut ledakan kasus pelan-pelan sudah bisa direm.

Presiden Joko Widodo mengatakan kehadiran varian delta di Tanah Air tidak diprediksi. Lonjakan kasus pun terjadi menyebabkan pemerintah mengambil langkah penarapan PPKM Darurat dan perpanjangannya.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo mengatakan kehadiran varian delta di Tanah Air tidak diprediksi. Lonjakan kasus pun terjadi menyebabkan pemerintah mengambil langkah penarapan PPKM Darurat dan perpanjangannya.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Adysha Citra Ramadhani, Antara

Presiden Joko Widodo mengakui kemunculan virus SARS-CoV-2 varian delta di Indonesia tidak terprediksi sebelumnya. Ledakan kasus Covid-19 pun terjadi, memaksa pemerintah membatasi ketat kegiatan warganya.

Baca Juga

"Dulu di Januari, Februari, Maret, April, Mei kondisi dari Covid-nya sudah mulai turun, kalau corona turun, ekonomi pasti naik, sudah kelihatan itu sebetulnya. Tetapi tanpa terprediksi muncul yang namanya varian delta, varian jenis baru dari corona," kata Presiden Jokowi di halaman Istana Merdeka Jakarta, Jumat (30/7).

Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut kepada sekitar 24 orang pengusaha mikro yang menerima Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) Tahun 2021. "Jenis baru dari corona muncul di India kemudian muncul di seluruh negara di dunia sehingga ekonomi global pun juga goncang. Kita juga sama itu virus delta ini muncul juga langsung kasus positif menjadi naik secara drastis," tambah Presiden.

Akibat dari kenaikan kasus yang muncul tersebut, pemerintah pun memutuskan untuk melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 3-20 Juli 2021. "Tidak ada jalan lain saat itu di Pulau Jawa dan Bali kita lihat titik-titik merah semua, tidak ada yang kuning, sehingga keputusan yang sangat berat dengan PPKM Darurat karena tidak ada cara yang lain secara itu, melompat kasusnya dan alhamdulillah sekarang paling tidak bisa kita rem, pelan-pelan tapi bisa kita rem," ungkap Presiden.

Presiden Jokowi pun menyebut angka kasus terkonfirmasi positif di Pulau Jawa dan Bali mulai turun. "Tapi di luar Jawa gantian naik, inilah memang penularan varian delta sangat cepat," kata Presiden.

Presiden menegaskan bahwa pernyataannya itu bukan untuk menakut-nakuti tapi belum ada yang dapat memprediksi kapan pandemi Covid-19 dapat berakhir. "WHO pun belum bisa memprediksi juga, sekali lagi kita ini selalu yang kita jalankan adalah sisi kesehatannya bisa kita tangani tapi sisi ekonominya pelan-pelan harus dijalankan," ungkap Presiden.

Pemerintah, menurut Presiden Jokowi, tidak memilih opsi 'lockdown' karena belum tentu memberikan solusi bagi masalah Covid-19. "Tidak bisa kita tutup, 'lockdown' seperti negara lain, 'lockdown' artinya tutup total, kemarin PPKM Darurat kan semi 'lockdown', itu masih semi saja saya masuk kampung, saya masuk ke daerah semuanya menjerit untuk dibuka. 'Lockdown' itu juga belum bisa menjamin permasalahan bisa selesai," jelas Presiden.

Lewat kebijakan PPKM Darurat Presiden melihat penambahan kasus mulai bisa dikendalikan. “Dan Alhamdulillah sekarang paling tidak bisa kita rem meskipun turunnya pelan-pelan. Tetapi kita bisa kita rem,” ujar Jokowi.

Penurunan kasus ini salah satunya terlihat dari angka keterisian tempat tidur di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet yang saat ini telah turun menjadi sekitar 38 persen dari sebelumnya hampir 90 persen. Selain itu, angka kenaikan kasus di provinsi-provinsi di Pulau Jawa pun juga mulai menurun.

Presiden Jokowi menargetkan pada akhir 2021, vaksinasi kepada 70 persen penduduk Indonesia dapat selesai. "Insya Allah kalau sudah 70 persen vaksinasi paling tidak daya tular dari virus ini menjadi agak terhambat, kalau sudah tercapai yang namanya kekebalan komunal atau 'herd immunity'," ungkap Presiden.

Sebelumnya Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan varian delta saat ini mendominasi penularan di Indonesia yaitu sebanyak 85 persen. Varian virus ini memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi. Varian delta juga menyebabkan gejala yang lebih parah dibanding jenis virus aslinya.

Kemarin, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengingatkan pula soal kenaikan kasus Covid-19 di luar Jawa-Bali. Kenaikan kasus dibarengi dengan meningkatnya angka kematian.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat, lima dari 10 provinsi yang mengalami kenaikan jumlah kematian mingguan per 25 Juli berasal dari luar Jawa dan Bali. Meskipun Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DKI masih menjadi penyumbang tertinggi kenaikan kematian, namun Satgas meminta agar daerah mewaspadai kenaikan kasus di Kalimantan Timur, Riau, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, dan Sumatra Selatan. Kasus kematian di Kalimantan Timur tercatat naik 189 kasus dari minggu sebelumnya, di Riau naik 58 kasus, di Sulawesi Selatan naik 48 kasus, di Kalimantan Tengah naik 44 kasus, dan di Sumatra Selatan naik 43 kasus.

“Hal ini seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah daerahnya karena sebagian besar kabupaten kota di provinsi tidak menjalankan PPKM level 4,” kata Wiku saat konferensi pers.

Kenaikan kasus kematian selama dua minggu terakhir ini selalu lebih dari 1.000 kasus tiap harinya. Bahkan pada 27 Juli lalu, kasus kematian harian telah mencapai rekor tertinggi yakni sebesar 2.069 dalam satu hari.

Jumlah kematian yang terjadi pada Juli ini merupakan yang tertinggi selama pandemi di Indonesia. Wiku mengatakan, hingga kemarin terdapat total 30.168 kematian pada bulan ini. Angka ini sangat tinggi mengingat pada sebelumnya kasus kematian tertinggi yang tercatat pada Juni lalu sebesar 7.913 kasus.

Berdasarkan data Satgas Covid-19 per 29 Juli 2021, total kasus Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 3.331.206 kasus dengan penambahan dalam 24 jam tercatat sebanyak 43.479 orang.

Sedang kasus aktif tercatat sebanyak 554.484 orang. Pasien sembuh bertambah sebanyak 45.494 orang sehingga akumulasi total yang telah sembuh adalah 2.686.170 orang. Jumlah meninggal karena terpapar Covid-19 bertambah 1.893 orang sehingga total kematian akibat virus corona di Indonesia adalah 90.552 jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement