Kamis 29 Jul 2021 16:47 WIB

Penurunan Antibodi Pascavaksinasi, Haruskah Khawatir?

Vaksin Covid-19 apapun akan menurun efikasinya seiring waktu.

Petugas menyiapkan vaksin Sinovac saat vaksinasi untuk 3.500 karyawan Daese Garment dan warga Kelurahan Kebonwaru bekerjasama dengan Kecamatan Batununggal, Polsek Batununggal dan Puskesmas Ibrahim Adjie di pabrik Daese Garment Jalan Ibrahim Adjie, Kota Bandung, Kamis (29/7). Vaksinasi terus digenjot sebagai upaya mempercepat kekebalan kelompok dan melindungi dari gejala berat serta kematian.
Foto:

Penurunan antibodi beberapa waktu setelah divaksin, ternyata tidak hanya dialami oleh pengguna vaksin Sinovac. Sebuah penelitian baru mengungkapkan kemanjuran (efikasi) vaksin Covid-19 Pfizer menurun menjadi sekitar 84 persen setelah sekitar enam bulan seseorang mendapat dosis lengkap.

Penelitian yang belum melalui proses peninjauan sejawat dan dipublikasikan medRxiv, itu menyimpulkan bahwa meskipun tren kemanjuran vaksin Pfizer secara bertahap menurun, namun masih sangat manjur dalam mencegah Covid-19. Studi tersebut didukung oleh Pfizer dan BioNTech. Data dari penelitian tersebut mencatat, bahwa efikasi terkuat vaksin itu mencapai 96,2 persen, yang terjadi antara tujuh hari dan dua bulan setelah mendapat dosis kedua.

Dari dua bulan hingga empat bulan, kemanjuran vaksin itu menurun menjadi 90,1 persen, dan dari empat bulan hingga enam bulan, selanjutnya menurun menjadi 83,7 persen. Para peneliti menghitung penurunan efikasi vaksin rata-rata sekitar 6 persen setiap dua bulan.

Studi ini menemukan bahwa vaksin secara keseluruhan mencapai sekitar 91 persen kemanjuran dari tujuh hari hingga enam bulan setelah dosis kedua diterima pada peserta penelitian yang berusia 12 tahun ke atas. Penulis dari penelitian itu menyatakan bahwa saat ini uji coba booster tengah berlangsung.

"Tindak lanjut yang berkelanjutan diperlukan untuk memahami kegigihan efek vaksin dari waktu ke waktu, kebutuhan untuk dosis booster, dan jangka waktu dosis semacam itu," kata penulis penelitian tersebut, dilansir di Fox News, Kamis (29/7).

Pfizer sebelumnya telah mengisyaratkan niatnya untuk mengajukan otorisasi penggunaan darurat untuk suntikan ketiga, yang awalnya mendapat tanggapan tajam dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) dan lembaga Administrasi Obat dan Makanan AS (FDA). Kedua lembaga tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan awal bulan ini, bahwa orang Amerika yang telah divaksinasi lengkap tidak memerlukan dosis tambahan saat ini.

"FDA, CDC, dan NIH terlibat dalam proses ketat berbasis sains untuk mempertimbangkan apakah atau kapan booster mungkin diperlukan," kata pernyataan studi tersebut.

Menurut penulis penelitian, proses pertimbangan penggunaan booster memperhitungkan data laboratorium, data uji klinis dan data kelompok, yang dapat mencakup data dari perusahaan farmasi tertentu. Namun, hal itu tidak bergantung pada data tersebut secara eksklusif.

"Kami terus meninjau data baru apapun saat tersedia dan akan terus menginformasikan kepada publik. Kami siap untuk dosis booster jika dan ketika ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa mereka dibutuhkan," tambah penulis.

Namun demikian, ahli penyakit menular AS Dr. Anthony Fauci baru-baru ini melontarkan gagasan bahwa pasien dengan gangguan imun tertentu dapat mempertimbangkan untuk mendapatkan dosis booster. Dalam pertemuan panel penasihat CDC pekan lalu, para ahli merekomendasikan pasien immunocompromised (sistem kekebalan tubuh yang melemah atau terganggu) yang telah divaksinasi lengkap harus tetap memakai masker dan menjaga jarak sosial. Lembaga tersebut mempertimbangkan kebutuhan akan kemampuan booster di antara populasi ini.

photo
Infografis anak-anak segera bisa divaksin Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement