REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, keterisian tempat tidur atau BOR untuk pasien Covid-19 di berbagai rumah sakit di Indonesia kini menunjukan penurunan. Dari 430 ribu kapasitas tempat tidur di seluruh rumah sakit di Indonesia, sebanyak 92 ribu di antaranya telah terisi untuk pasien Covid-19 pada minggu lalu.
Namun saat ini, jumlah keterisian tempat tidur itupun semakin menurun dan berada di angka 82 ribu. Penurunan angka BOR ini khususnya terjadi di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat.
“Jadi kita masih ada (tempat tidur). Terutama turunnya di daerah Jakarta. Saya memahami bahwa ada di beberapa daerah lagi naik. Jadi Jakarta saya lihat sudah turun, Jawa Barat sudah turun,” kata Menkes saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (26/7).
Sementara itu, kapasitas tempat tidur untuk pasien Covid-19 di berbagai rumah sakit di daerah lainnya justru masih mengalami kenaikan. Kemenkes mencatat sejumlah daerah yang justru mengalami kenaikan angka BOR yakni seperti DI Yogyakarta, Bali, dan juga sejumlah daerah di luar Pulau Jawa.
Meskipun begitu, ia menyebut bahwa angka BOR tak menggambarkan secara lengkap kapasitas rumah sakit di suatu daerah. Karena itu, Budi meminta agar pemerintah melihat jumlah total tempat tidur dari masing-masing rumah sakit di kota atau provinsi dan dibandingkan dengan jumlah pasien di rumah sakit tersebut.
“Saya kasih contoh salah satu provinsi BOR-nya sudah 90 persen, tempat tidur dipakai Covid-19 2.000. Jadi 90 persen kira 1.800 sudah diisi. Sudah panik. Sebenarnya tidak perlu, karena kalau kita lihat tempat tidurnya total ada 8.000. Nah kan kita bisa tambah dari 2.000 jadi 4,000, langsung BOR- nya turun ke 50 persen,” jelas Menkes.
Lebih lanjut, menurutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun telah memberikan arahannya kepada rumah-rumah sakit terkait tingginya angka kematian akibat Covid-19 saat ini. Tingginya angka kematian pasien Covid-19 ini disebabkan oleh terlambatnya penanganan di rumah sakit.
In Picture: Kelangkaan Oksigen Medis Masih Terjadi di Yogyakarta
Karena itu, Menkes mengingatkan pentingnya keluarga melakukan pengukuran saturasi oksigen terhadap pasien Covid-19 menggunakan alat oximeter. Jika hasil pengukuran menunjukan angka di bawah 94 persen, maka pasien harus segera dibawa ke rumah sakit.
“Kalau itu di atas 95 persen, tidak usah dibawa karena akan menuh-menuhin rumah sakitnya, orang yang butuh masuk jadi ga bisa masuk. Biarin di rumah, yang penting ukur saturasi,” tambah dia.
Ia pun menjelaskan, jika pasien Covid-19 mendapatkan perawatan lebih dini maka akan meningkatkan peluang kesembuhannya. Menkes bahkan menyebut bahwa jika pasien dirawat dengan cepat dan tepat, maka angka kematiannya akan lebih rendah dari kematian kasus TBC maupun HIV.
“Di seluruh dunia dari 100 sakit, yang masuk rumah sakit cuma 20 persen, yang wafat mungkin sekitar 1,7 persen lebih rendah dari TBC atau HIV, tapi harus dirawat dengan tepat dan cepat,” kata Budi.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia Gardenia Partakusuma menilai meskipun angka BOR turun, masyarakat dan pemerintah masih perlu berhati-hati.
"Kalau bisa kita tidak hanya melihat data. tetapi juga mengkaji kondisi riil di lapangan," kata Lia, dihubungi Republika, Ahad (25/7).
Lia menjelaskan, pada Sabtu (24/7) BOR memang mengalami penurunan menjadi 69,29 persen. Hal ini bukan berarti Indonesia bisa bersantai dan menurunkan perhatian mereka terhadap penerapan protokol kesehatan dan menjaga diri. Sebab, masih banyak pasien kritis akibat Covid-19.
Angka kematian akibat Covid-19 masih tinggi yaitu di atas 1.000 per harinya. Tentunya, kata Lia, jumlah ini masih memprihatinkan. Langkah-langkah pencegahan harus terus dilakukan agar jumlah kasus harian di Indonesia bisa menurun.
"Kita harus tetap berhati-hati karena banyaknya pasien kritis dan ancaman angka kematian yang masing tinggi," kata dia lagi.