Senin 26 Jul 2021 14:27 WIB

Upaya Bima Arya Kurangi Angka Kematian Warga Isoman di Bogor

Pemkot Bogor membuat kriteria untuk bisa memutuskan pasien isoman atau dibawa ke RS

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto di Balai Kota Bogor, Ahad (25/7). Bima Arya Sugiarto menyebutkan, setelah membedah data pada pasien yang meninggal saat isoman, ditemukan ada tiga indikator. Pasien Covid-19 yang memiliki indikator atau kriteria tersebut, tidak diperbolehkan untuk isoman di rumah agar lebih diawasi dan tertangani.
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto di Balai Kota Bogor, Ahad (25/7). Bima Arya Sugiarto menyebutkan, setelah membedah data pada pasien yang meninggal saat isoman, ditemukan ada tiga indikator. Pasien Covid-19 yang memiliki indikator atau kriteria tersebut, tidak diperbolehkan untuk isoman di rumah agar lebih diawasi dan tertangani.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Selama PPKM Darurat, di Kota Bogor tercatat ada 99 pasien Covid-19 yang meninggal saat isolasi mandiri (isoman). Untuk mengurangi angka kematian warga yang isoman, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengusahakan agar warga dengan kriteria tertentu agar mendapatkan perawatan di pusat isolasi atau rumah sakit.

Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto menyebutkan, setelah membedah data pada pasien yang meninggal saat isoman, ditemukan ada tiga indikator. Pasien Covid-19 yang memiliki indikator atau kriteria tersebut, tidak diperbolehkan untuk isoman di rumah agar lebih diawasi dan tertangani.

“Jadi, 85 persen yang meninggal saat isoman adalah mereka yang belum divaksin, kemudian sebagian besar usianya di atas 50 tahun, dan memiliki komorbid. Karena itu apabila warga yang isoman memiliki tiga kriteria tadi itu tidak boleh isoman di rumah. Semaksimal mungkin dibawa ke tempat isolasi atau rumah sakit. Kami sekarang ekstra kerja keras, untuk mengurangi angka kematian warga yang isoman,” kata Bima Arya, Ahad (25/7).

Bima Arya mengatakan, upaya tersebut sudah disampaikan kepada pemerintah wilayah deperti camat dan lurah. Selain itu, puskesmas juga diminta untuk memastikan bagi warga yang menjalani isoman dan memiliki indikator tersebut, untuk fokus ditangani.

Dia menuturkan, jika pasien-pasien tersebut belum bisa mendapatkan ruangan di rumah sakit, maka mereka bisa dipindahkan ke tempat isolasi. Baik ke Pusdiklat BPKP Ciawi, maupun ke Asrama IPB. 

Berdasarkan data terakhir dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Bed Occupancy Rate di 21 rumah sakit rujukan Covid-19 berada di angka 71,1 persen.

“Kalau pun rumah sakit belum bisa masuk, digeser ke tempat isolasi karena tempat isolasi masih bnyak cadangan bed-nya. Jadi kita fokus mengurangi mortality rate dengan fokus kepads warga yang isoman perawatannya,” tegas Bima Arya.

Dia menambahkan, selain menyediakan tempat isolasi, Pemkot Bogor juga tengah menyiapkan sejumlah tabung oksigen berkapasitas 6 meter kubik. Nantinya, tabung-tabung berukuran besar tersebut akan ditempatkan di setiap kecamatan.

“Jadi mulai besok kita sedang siapkan instalasinya, ada tabung oksigen 6 meter kubik yang juga disiapkan di kecamatan. Jadi warga yang membutuhkan tabung kecil nanti mulai hari Selasa bisa di kecamatan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement