REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- LaporCovid-19 mencatat total kematian isolasi mandiri (isoman) dan di luar rumah sakit hingga 25 Juli 2021 pukul 15.45 WIB sebanyak 2.656 kasus. Total kematian ini berasal dari 17 provinsi yang dilacak LaporCovid-19.
Inisiator LaporCovid-19 Irma Hidayana mengatakan, beberapa alasan pasien isoman tidak mendapatkan perawatan dokter karena masih ditolaknya mereka dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain. Selain itu, kesulitan akses oksigen juga menjadi salah satu alasan angka kematian isoman masih tinggi.
Irma mengatakan, dirinya beberapa kali membawa pasien ke salah satu rumah sakit di Jakarta. Ketika dirinya bertanya ke petugas, ia mendapatkan informasi bahwa oksigen sedang habis. Namun, di saat yang sama ketika dikoordinasi ke dinas setempat, oksigen masih ada namun terbatas.
"Sayang sekali, ini tidak menjadi masalah apabila tidak menyebabkan kematian pada pasien yang membutuhkan oksigen. Masalahnya, banyak pasien yang kemudian meninggal karena akses terhadap kebutuhan oksigen sulit, dan bantuan medis lainnya sangat lambat menuju ke tidak ada," kata Irma, dalam telekonferensi, Ahad (25/7).
Ia meminta agar rumah sakit-rumah sakit di Indonesia berani mengungkapkan ketika terjadi kelangkaan oksigen. Sebab, merupakan kewajiban pemerintah untuk memenuhi kebutuhan oksigen masyarakat yang membutuhkan di masa krisis seperti saat ini.
Di laman LaporCovid-19, tercatat jumlah kematian isoman paling banyak terdapat di DKI Jakarta. Walaupun demikian, bukan berarti daerah lain jumlah kematiannya lebih rendah. LaporCovid-19 menilai, hingga saat ini hanya Pemerintah DKI Jakarta yang secara resmi bersedia membuka datanya.
Data yang diungkapkan DKI Jakarta dianggap paling mendekati situasi kenyataan di lapangan. Sementara untuk daerah-daerah lain, LaporCovid-19 menganggap, fenomena kematian pada isoman masih merupakan fenomena gunung es.