REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Kesehatan Keluarga (Kesga) Kementerian Kesehatan, Erna Mulati mengatakan, vaksinasi Covid-19 untuk ibu hamil saat ini sedang dalam pembahasan. Sehingga ia mengimbau para ibu hamil tetap patuh terhadap protokol kesehatan (prokes) untuk menghindari terpapar Covid-19.
Ia berharap semua ibu hamil muda dan yang mendekati persalinan jangan sampai tertular Covid-19, tetap di rumah saja dan memakai masker. "Karena varian Delta ini sangat cepat dan ganas. Dalam hal ini anggota keluarga juga harus mendukung," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (21/7).
Para pendamping atau suami yang bekerja di luar rumah dan berpeluang besar terpapar Covid-19, usahakan masuk rumah sudah dalam keadaan bersih agar menjaga istri atau ibu yang sedang hamil. Salah satu caranya dengan mengganti pakaian atau menyediakan fasilitas kamar mandi di teras rumah sehingga suami bisa mandi sebelum masuk rumah.
"Bajunya dimasukkan ke dalam boks dan langsung direndam pakai deterjen. Jadi, masuk rumah dengan dalam keadaan bersih," kata dia.
Selain itu, ibu hamil yang memiliki anak balita juga perlu diperhatikan, jangan sampai balita ini terpapar virus Covid-19 dan menularkan kepada ibunya. Menurutnya, dalam hal ini anggota keluarga harus bekerja sama dalam melindungi satu sama lain.
"Anak-anak lebih bahaya lagi apalagi mereka kena tanpa gejala, menjadi sumber penularan. Ini harus dicegah," kata dia.
Suami dan istri harus bekerja sama menjaga kesehatan anaknya. "Apalagi jika sedang hamil harus super ketat prokesnya," ujar Erna.
Sebelumnya, anggota Komisi IX DPR Kurniasih Mufidayati meminta pemerintah memprioritaskan pelayanan bagi ibu hamil, terutama yang terkonfirmasi positif Covid-19. Permintaan tersebut menyusul angka kematian ibu hamil dan bayi saat pandemi dikonfirmasi terus meningkat.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) memprediksi kemungkinan besar akan meningkat pada bulan Juni-Juli, melihat banyak laporan ibu hamil meninggal karena positif Covid-19 karena tidak mendapat perawatan yang memadai karena Fasyankes penuh. Dia mengatakan, peningkatan itu terlihat dari Jurnal dari St George's University of London data dari 40 studi di 17 negara. Temuan jurnal ini terkonfirmasi terjadi di Indonesia.
Mufida mengatakan, angka kematian ibu hamil di Jawa Tengah pada 2020 meningkat menjadi 530 dibanding pada 2019 sebanyak 416 kasus. Sedangkan, POGI mencatat sebanyak 536 ibu hamil dinyatakan positif Covid-19 selama setahun terakhir yang datanya dikumpulkan sejak April 2020 hingga April 2021. "Dari jumlah tersebut, tiga persen di antaranya dinyatakan meninggal dunia," kata kata Mufida dalam keterangan, Senin (19/7).
Mufida mengatakan, jika ibu hamil meninggal maka Indonesia sebenarnya telah kehilangan dua nyawa. Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga PKS itu menegaskan, hal tersebut bukan sekadar deretan angka laporan kematian."Perlu prioritas perawatan bagi ibu hamil yang terkonfirmasi positif Covid-19," katanya.