REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta seluruh jajaran Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dapat bekerja dengan empati dan hati agar mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari masyarakat. Hal ini disampaikannya saat memberikan arahan dalam rapat koordinasi ‘Inspirasi Komunikasi Publik Untuk Penguatan Satpol PP dalam Penegakan Protokol Kesehatan dan Percepatan Pemberian Vaksin Bagi Masyarakat’.
“Saat ini aktor utama dalam penegakan protokol kesehatan (prokes) adalah Satpol PP. Maka berikutnya Satpol PP semestinya berdiri paling depan, baru dibantu oleh TNI dan Kepolisian. Rapatkan barisan, karena Anda adalah aktor utama dalam menegakkan prokes saat ini,” kata Moeldoko kepada seluruh Kepala Satpol PP tingkat Provinsi serta Kabupaten/Kota, dikutip dari siaran resmi KSP, Kamis (22/7).
Menurutnya, Satpol PP memiliki peran penting dalam menegakkan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Namun, ia menilai masih terdapat tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Satpol PP di lapangan.
“Pemimpin harus bisa mengendalikan dan mengenali prajuritnya satu per satu. Tugas pemimpin adalah bisa mengendalikan dengan baik. Memimpin dengan empati dan hati. Memimpin tanpa kekerasan yang tidak perlu,” tegasnya.
Moeldoko pun kemudian menceritakan pengalamannya saat berhubungan dengan jajaran Satpol PP ketika bertugas sebagai Komandan Kodim (Dandim) 0501 Jakarta Pusat. Ia mengaku banyak terbantu dengan kerjasama antara Kodim dan Satpol PP Provinsi DKI Jakarta.
Menurutnya, sebagai mantan Panglima TNI, ia selalu memimpin dengan empati dan hati. Ia pun yakin melalui pendekatan seperti itu, maka akan selalu melahirkan kebajikan baru dan loyalitas dari semua pihak.
“Pasti orang akan memberikan penghormatan dan respect. Kalian muncul dengan senyum dan perilaku baik, maka masyarakat akan mengikuti karena sudah loyal dengan Anda. Kalian semua hebat, waktu yang diberikan dan pengabdian kalian luar biasa. Saya hormat dengan kalian, maka itu organisasikan prajurit kalian dengan baik,” ujarnya.
Sementara itu, Plh Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri, Suhajar Diantoro, mengaku memahami tingkat kapasitas daerah yang berbeda-beda. Daerah yang memiliki anggaran yang memadai bisa memberikan pelatihan Satpol PP dengan baik, dalam kaitannya dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
“Tugas saat ini semakin berat karena perang melawan Covid-19 yang berkepanjangan. Kelelahan membuat hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi. Oleh karena itu Mendagri baru saja menerbitkan aturan soal penertiban PPKM oleh Satpol PP,” kata dia.
Suhajar menegaskan, segala tindakan penertiban harus dilakukan sesuai aturan. Penegakan hukum harus dilakukan dengan tegas, namun simpatik dan santun, serta dilarang menggunakan kekerasan.
Direktur Pol PP dan Binmas, Bernhard E. Rondonuwu, menyampaikan, pola komunikasi antara Direktorat Pol PP dan Kasatpol PP dilakukan sangat intens melalui grup WhatsApp, mengingat belum adanya sistem komunikasi yang memadai karena keterbatasan infrastruktur.
“Karena itu, kami ingin mengingatkan soal pentingnya grup WhatsApp ini. Menurut hemat kami data yang kami himpun belum mewakili seluruh Kasatpol PP seluruh Indonesia. Tolong para Kasatpol PP yang saat ini hadir untuk segera bergabung dengan grup, agar ketika kami mendistribusikan informasi, bisa segera tersebar,” jelasnya.
Dalam rapat koordinasi tersebut, Kasatpol PP di seluruh Indonesia juga mendapatkan edukasi mengenai strategi komunikasi dan literasi kesehatan dari para pakar. Konsultan Komunikasi UNICEF Risang Rimbatmaja mengatakan, jajaran Satpol PP merupakan lini pertama dalam upaya pencegahan penyebaran pandemi Covid-19. Yakni dengan mengatur perilaku masyarakat untuk patuh terhadap protokol kesehatan.
“Dari konteks perubahan perilaku, kadang kala hal yang sifatnya instrumen atau ajakan kurang efektif. Lebih banyak kasus yang menginspirasi perubahan dan penerimaan gagasan dengan melalui relasi atau hubungan. Hal ini dilakukan dengan cara membangun hubungan atau mengakrabkan diri dengan masyarakat,” ujarnya.
Risang juga mengimbau jajaran Satpol PP agar mengutamakan sikap rendah hati dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Ia meminta agar Satpol PP membangun hubungan dengan cepat, mendengarkan dan menyampaikan pesan, kemudian meninggalkan kesan baik yang membekas.
“Juga jangan lupa bersikap apresiatif. Seringkali kita hanya mengingatkan dan melihat yang negatif. Dari cara pandang seperti itu, masyarakat jadi merasa kurang nyaman. Sikap apresiatif bisa dimulai dari menyapa orang yang sudah patuh protokol kesehatan,” ungkap Risang.
Sementara itu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, RA Adaninggar, mengatakan saat ini Indonesia sedang mengalami gelombang kedua, di mana puncaknya belum diketahui. Sementara di dunia tengah dimulai gelombang ketiga pandemi. Ia pun mengingatkan agar masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaannya dan tak lengah karena terdapat berbagai varian baru yang muncul dari virus Covid-19 ini.