Rabu 21 Jul 2021 21:29 WIB

Korelasi Antara Angka Kematian Covid dan Capaian Vaksinasi

Di Jabar, daerah dengan capaian vaksinasi rendah, angka kematian Covid-19 tinggi.

Tenaga kesehatan mengisi tabung suntikan dengan cairan vaksin Covid-19 Sinovac saat vaksinasi massal di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (8/7). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut, daerah dengan capaian vaksinasi renda memiliki angka kematian Covid-19 yang tinggi. (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan mengisi tabung suntikan dengan cairan vaksin Covid-19 Sinovac saat vaksinasi massal di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (8/7). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut, daerah dengan capaian vaksinasi renda memiliki angka kematian Covid-19 yang tinggi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Arie Lukihardianti, Rizky Suryarandika, Dessy Suciati Saputri, Febrianto Adi Saputro

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menilai, terdapat korelasi antara angka kematian Covid-19 dan capaian vaksinasi di suatu daerah. Menurutnya, pihaknya menemukan, untuk daerah dengan tingkat vaksinasi rendah maka persentase kematiannya pun tinggi.

Baca Juga

Untuk daerah dengan capaian vaksinasi rendah, Ridwan Kamil menyebut, terjadi di Kabupaten Karawang, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Garut dan Kabupaten Indramayu.

"Ada dua daerah, yaitu Kota  Cirebon dan kota Bandung vaksinasi persentasinya tinggi dan tingkat kematiannya rendah," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Rabu (21/7).

Emil menjelaskan, dari sekitar 9 juta vaksin yang disalurkan pemerintah pusat untuk Jabar sudah terserap sebanyak 74 persen. Sisanya, dia akan menggunakan sebanyak 26 persen tersebut tidak untuk dosis kedua melainkan untuk memperluas wilayah vaksinasi.

Terlebih, kata dia, pemerintah pusat baru akan kembali menyalurkan vaksin pada Agustus mendatang.

"Saya perintahkan di sekolah-sekolah kemudian vaksin keliling untuk meningkatkan persentase. Jadi kalau pakai angka juta-juta Jawa Barat tuh sudah tinggi. Tapi kalau presentasi karena kita 50 juta penduduk memang perlu kerja keras tapi karena jatah dari pusatnya segitu ya udah kita baru mampu menghabiskan segitu," paparnya.

In Picture: Angka Kasus Kematian Akibat Covid-19

photo
Petugas pemakaman membawa peti jenazah korban COVID-19 untuk dikuburkan di pemakaman khusus COVID-19 TPU Pondok Rajeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/7/2021). Pada periode tanggal 18-19 Juli angka kematian akibat COVID-19 kembali berada di titik tertinggi selama pandemi, Pemerintah mencatat sebanyak 1.338 pasien meninggal dunia. Dengan jumlah kematian tersebut saat ini sebanyak 74.920 pasien telah meninggal sejak pertama kali penularan terjadi 2 Maret 2020. - (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

 

 

Sebelumnya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat mengajak semua masyarakat berpartisipasi dalam program vaksinasi. Karena, menurut Kepala Disparbud Jabar, Dedi Taufik, hal ini akan berpengaruh secara signifikan dalam pemulihan sektor kesehatan dan ekonomi.

Dedi Taufik, menyampaikan hal tersebut  usai mengawal pelaksanaan Serbuan Vaksin atau vaksinasi massal yang diinisiasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di Sesko AU Lembang.

Acara yang berlangsung dari 21-25 Juli 2021 menyediakan kuota sebanyak 2.000 vaksin per hari. Target penerima merupakan pelaku industri pariwisata serta masyarakat umum dari wilayah Bandung Raya.

"Vaksinasi Covid-19 ini penting untuk mempercepat pemulihan sektor kesehatan dan juga ekonomi, termasuk pariwisata dan kebudayaan maupun industri kreatif. Jangan ragu, ketika ada kesempatan, ikut vaksin," ujar Dedi Taufik, Rabu (21/7).

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Prof Dr Budi Wiweko mendukung vaksinasi sebagai upaya mencegah infeksi Covid-19. Vaksinasi membuat sel imun lebih mengenal musuhnya dan dengan cepat dapat menghancurkan virus sebelum sempat memperbanyak diri.

"Cara vaksin bekerja adalah dengan memasukkan sedikit sel asing yang memiliki 'KTP musuh' ke dalam tubuh sehingga sel imun kita akan cepat mengenali dan mengidentifikasi," kata Prof Budi dalam keterangan pers, Selasa (20/7).

Prof Budi menerangkan biasanya pada dosis vaksin pertama, sel imun  baru menjalani penjajakan terhadap musuh. Lalu pada dosis kedua dan seterusnya sel imun lebih mengenali calon musuhnya sehingga cepat memproduksi dan mengerahkan bala bantuan untuk menghancurkan musuh.

"Know your enemy better, kira-kira begitulah vaksinasi akan membantu kita mencegah terjadinya infeksi yang belum ada obatnya," ujar Prof Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement