Selasa 13 Jul 2021 13:50 WIB

Di Balik Pecah Rekor Kasus Harian Covid-19 Jakarta

Persentase kasus aktif Jakarta masih tiga kali lipat dibanding anjuran WHO.

Seorang anggota komunitas Aku Badut Indonesia (ABI) melakukan aksi dengan mambawa poster di kawasan Fatmawati Jakarta, Senin (12/7/2021). Aksi tersebut untuk mengajak masyarakat menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19 yang terus meningkat.
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Seorang anggota komunitas Aku Badut Indonesia (ABI) melakukan aksi dengan mambawa poster di kawasan Fatmawati Jakarta, Senin (12/7/2021). Aksi tersebut untuk mengajak masyarakat menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19 yang terus meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Flori Sidebang Dessy, Suciati Saputri

Penambahan kasus harian positif Covid-19 di Jakarta kembali memecahkan rekor pada Senin (12/7). Data kemarin mencatat terdapat 14.619 kasus baru Covid-19.

Baca Juga

Rekor tertinggi sebelumnya terjadi pada Ahad (11/7). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, pada hari itu, jumlah kasus positif di Ibu Kota bertambah sebanyak 13.133 kasus.

"Memang kalau melihat data, positif hari ini meningkat ya sampai 14.619, ini rekor ya," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, Senin (12/7).

Ariza menjelaskan, salah satu penyebab terjadinya lonjakan penambahan kasus positif dalam beberapa waktu terakhir adalah tingginya testing yang dilakukan oleh Pemprov DKI. Menurut dia, hingga saat ini jumlah testing di Jakarta hampir 20 kali dari target yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO).

"Karena memang tes PCR kita tertinggi, sudah hampir 20 kali dari standar yang ditentukan oleh WHO. Jadi inilah memang cara kami meningkatkan 3T (testing, tracing, treatment), sekalipun memang cukup berat bagi kami untuk terus meningkatkan berbagai fasilitas," ujar dia. "Mulai rumah sakit, tempat tidur, ICU, oksigen, obat-obatan, vitamin, dan terutama tenaga kesehatan yang tidak mudah," tambahnya.

Ariza menjelaskan pentingnya testing PCR digeber tinggi. Tujuannya, untuk makin mudah mengetahui titik penyebaran virus corona. Sehingga, jelas Ariza, pemerintah dapat segera melakukan pelacakan kontak (tracing) dan penanganan (treatment).

"Inilah kenapa Jakarta melakukan 3T, karena dengan cara ini kita dapat mengetahui titik penyebaran dan akhirnya kita melakukan pencegahan, penanganan, pengendalian dan penyembuhan," tuturnya.

Dinkes DKI Jakarta mencatat, sebanyak 33.095 orang dites PCR pada Senin (12/7) untuk mendiagnosis kasus baru. Hasilnya, sebanyak 14.619 orang diketahui positif Covid-19 dan 18.476 orang negatif.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia mengungkapkan, dari jumlah penambahan kasus positif tersebut, 13 persen di antaranya merupakan anak-anak di bawah usia 18 tahun. Ia merinci, 1.621 kasus adalah anak usia 6-18 tahun dan 464 kasus adalah anak usia 0-5 tahun.

"Sedangkan 11.154 kasus adalah usia 19-59 tahun dan 1.380 kasus adalah usia 60 tahun ke atas," ungkap Dwi dalam keterangan tertulis resminya.

Dwi menekankan, sangat penting bagi para orang tua untuk menjaga anak-anaknya lebih ketat dan menghindari keluar rumah dengan membawa anak. Sehingga dapat mencegah penularan virus corona terhadap anak-anak.

"Sebisa mungkin lakukan aktivitas di rumah saja bersama anak, karena kasus positif pada anak saat ini masih tinggi,” ucapnya.

Sebenatnya jumlah kasus aktif Covid-19 di Jakarta turun sebanyak 5.923 kasus. Sehingga jumlah kasus aktif sampai saat ini sebanyak 82.687. Kasus aktif adalah angka orang yang masih dirawat atau sedang menjalani isolasi. Sedangkan, secara total kasus positif di Jakarta sebesar 677.061 kasus.

Kemudian, total orang yang dinyatakan telah sembuh mencapai 584.912 dengan tingkat kesembuhan 86,4 persen. Lalu, sebanyak 9.462 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,4 persen.

Selain itu, sambung Dwi, untuk positivity rate atau persentase kasus positif dalam sepekan terakhir di Jakarta sebesar 43,1 persen. "Sedangkan persentase kasus positif secara total sebesar 14,3 persen. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen," jelas Dwi.

Selama PPKM darurat sebenarnya volume lalu lintas di Jakarta sudah menurun drastis. Dishub DKI Jakarta mencatat terjadi penurunan hingga 61,76 persen selama PPKM darurat berjalan dari 3-11 Juli 2021.

Kepala Dishub DKI Jakarta, Syafrin Liputo, mengatakan, data tersebut menurun dibandingkan dengan saat pelaksanaan PPKM skala mikro pada 5-13 Juni 2021. Kemudian, sambung dia, jumlah penumpang harian angkutan umum perkotaan juga mengalami penurunan selama PPKM darurat. Dia mengungkapkan, angkutan umum di Jakarta hanya mengangkut 515.137 penumpang per hari.    

Ia menjelaskan, jumlah tersebut turun sebesar 46,66 persen dibandingkan saat PPKM skala mikro, yaitu tercatat sebanyak 965.779 penumpang per hari. Selanjutnya, terkait jumlah penumpang harian angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) selama PPKM darurat diketahui sebanyak 2.195 penumpang per hari atau turun sebesar 59,12 persen dibandingkan PPKM mikro, yakni 5.369 penumpang per hari.

Mobilitas masyarakat selama PPKM darurat tanggal 3-7 Juli juga mengalami penurunan dibanding PPKM mikro 5-9 Juni 2021. "Mobilitas masyarakat ke tempat retail dan rekreasi berkurang 27,4 persen dibanding PPKM mikro," ujarnya.

Selain itu, mobilitas masyarakat ke toko bahan makanan dan apotek turun 11,20 persen. Lalu, mobilitas ke taman turun 22,60 persen, mobilitas di pusat transportasi umum turun 25,80 persen, mobilitas di tempat kerja turun 17,20 persen. Sedangkan, mobilitas di area pemukiman naik 10,20 persen.

Di sisi lain, Syafrin mengungkapkan, pihaknya juga mencatat, jumlah kendaraan yang diputarbalikkan saat PPKM darurat di 11 lokasi penyekatan ada sekitar 300 ribu lebih kendaraan. Ia menyebut, jumlah itu terdiri dari 87.349 kendaraan roda empat dan 231.430 lainnya kendaraan roda dua.

"Jumlah kendaraan yang diputarbalikkan pada pelaksanaan Pembatasan dan Pengendalian mobilitas masyarakat pada 11 titik perbatasan Jakarta selama PPKM Darurat adalah 318.779 kendaraan," ungkap Syafrin.

Terkait dengan penambahan kasus yang terus terjadi meski PPKM darurat sudah berjalan, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyampaikan, pemerintah saat ini terus melakukan perbaikan pada implementasi kebijakan PPKM Darurat. Diharapkan melalui pembenahan implementasi ini mampu menekan angka lonjakan kasus secara signifikan.

“Saat ini pemerintah terus berbenah terhadap implementasi PPKM Darurat demi hasil yang signifikan,” ujar Wiku saat dihubungi Republika.

Menurut dia, perkembangan kasus saat ini belum menggambarkan efek dari kebijakan PPKM darurat. Sebab, dampak dari PPKM darurat ini juga membutuhkan waktu. Ia menekankan, pelaksanaan kebijakan ini membutuhkan keterlibatan dari berbagai unsur masyarakat dan juga ketegasan dari masing-masing pemerintah daerah.

“Ke depannya keterlibatan unsur masyarakat sangat berpengaruh beserta ketegasan dari pemerintah daerah setempat,” tambah Wiku.

Seperti diketahui, pada Senin (12/7) kemarin selain mencetakkan rekor tertinggi kasus positif harian, juga mencetakkan rekor tertinggi kasus kesembuhan harian. Dari laporan Satgas Penanganan Covid-19, rekor kesembuhan harian tercatat mencapai sebanyak 34.754 kasus. Sedangkan kasus meninggal harian sebanyak 891 orang.

photo
Separuh warga Jakarta pernah terinfeksi Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement