Senin 12 Jul 2021 09:44 WIB

Pelajaran Berharga Ardi Bakrie & Nia Ramadhani

Bercermin pada kasus narkotika Ardi Bakrie dan Nia Ramadhani

Sejumlah tersangka Narkotika ditunjukkan kepada wartawan saat konferensi pers terkait pemusnahan barang bukti narkoba, di Bareskrim Polri. (ilustrasi)
Foto:

Sulit mempercayai tetapi faktanya begitu. 

Apa yang terjadi pada Ardi? 

Saya menitikkan airmata saat menyaksikan dia berdua dengan Nia, dikawal polisi bersenjata laras panjang saat ditangkap.

Mengimpresikan  seakan mereka melakukan kejahatan besar. 

Keterangan polisi yang menyebut "Ardhi menyerahkan diri" semakin mengacaukan pikiran. 

Kasus apa ini sebenarnya? 

Saya lalu membaca semua berita di media online yang memberitakan kasus itu. Membaca keterangan polisi yang menjelaskan kronologi peristiwa. 

Begitu juga keterangan konferensi pers Kapolres Jakarta Pusat yang disiarkan secara langsung oleh TVOne Sabtu (10/7) petang. 

Stasiun televisi milik keluarga Bakrie itu menampilkan Ardhi dan Nia berpakaian tahanan warna orange menghadapi wartawan. Nia setengah terisak membaca teks berisi penyesalan dan permohonan maaf kepada keluarga dan publik. 

Fungsi kontrol pers 

Sebelum lanjut mengulas kasus Ardi-Nia, izinkan saya mengomentari apa yang tampak di layar TVOne.  

Luar biasa kebesaran jiwa keluarga Bakrie, Anin, dan Karni Ilyas, pemimpin redaksi lembaga penyiaran itu. Di dalam musibah yang menjerat keluarga dan pimpinan mereka pun, tetap sadar memenuhi kewajiban media pers memberitakan fakta yang menjadi sorotan publik. Meski agak terlambat tiga hari setelah kejadian.

Mungkin menunggu setelah duduk perkara sudah jelas. Hal yang sudah lama tidak kita temukan pada media yang dikuasai oleh para penguasa dan pengusaha.

Saya mencatat Karni dan Anin, sekaligus  mengirim “pesan” kuat untuk masyarakat. Tentang kewajiban bagi siapapun bersikap  kesatria, mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya. Ibarat kata pepatah "tangan mencingcang bahu memikul".

Pesan tentang kewajiban media  dan insan pers bersikap independen dalam kasus dugaan pelanggaran siapapun. Hatta, yang menimpa dirinya dirinya dan keluarganya.

" Bravo Bang Karni dan Anin. Langka pemilik dan pemimpin redaksi media bersikap kesatria seperti Anda". Spontan saya menulis itu dan mengirimkan kepada Karni Ilyas dan Anin. 

Dengan itu saya menganggap TVOne telah ikut "berinvestasi" merawat kemerdekaan pers. Menumpang pesan itu kita pun berharap TVOne akan terus melaksanakan kewajiban kontrol sosial tanpa ragu.

Ini demi kepentingan menjaga marwah kemerdekaan pers Nasional. Kualitas demokrasi. Terutama demi perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak boleh ada  intervensi lewat teguran dan ancaman ketika kontrol pers menyentuh kekuasaan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement