Ahad 11 Jul 2021 16:16 WIB

Final Euro 2020: Ada Sejarah Tirani di Balik Sepak Bola?

Menonton final Euro ternyata bukan sederhana hanya melihat menang dan kalah saja.

Diktator Spanyol Jendral Franco menggunakan Real Madrid sebagai alat politik untuk menunjukkan kekuatan Spanyol kepada dunia. Franco sebenarnya adalah penggemar Atletico Madrid yang kemudian ikut-ikutan menjadi Los Blancos.
Foto:

Tapi bagi timnas Inggris, sebenanrya kala itu mereka baru tiba dua hari sebelumnya setelah melakukan perjalanan panjang dengan kapal dan kereta api ke Berlin. Sebaliknya Jerman telah menghabiskan dua minggu pelatihan di 'Hutan Hitam' dan rezim Hitler mengharapkan kemenangannya itu sebagai propaganda.

Hitler sendiri kemudian tidak hadir di pertandingan tersebut. Tetapi petinggu Nazi lain seperti Hess, Ribbentrop dan Goering duduk di samping Henderson di arena sekitar tempat biasanya duduk sang Führer saat tim turun ke lapangan. Tim Inggris memiliki dua pemain profesional yakni Hapgood dan Cliff Bastin dari Arsenal.

Namun sisanya Inggris tidak memiliki pemain berpengalaman. Bahkan, sembilan pemain sisanya, yakni Frank Broome dari Aston Villa dan Donald Welsh dari Charlton, ia malah baru memainkan pertandingan internasional pertama mereka. Jadi pertandingan itu  akan menjadi arena pembaptisan bagi mereka.

Inggris kemudian menang 6-3. Kala itu dianggap merupakan kemenangan moral atas manuver politik yang awalnya bertujuan untuk meredakan kontroversi atas kejadian penghormatan ala Nazi kepada Hitler oleh tim Inggris.

photo
 
 
Keterangan foto: Hitler di tengah lautan masa pada sebuah stadion sepakbola di Berlin. - (Google.com)

 

Namun, ketika perang akhirnya menjadi kenyataan pada 14 bulan kemudian, pertandingan itu dilihat dari perspektif lain. Matthews menceritakan bahwa sehari sebelum pertandingan, dia dan full-back Bert Sproston pergi berjalan-jalan dan melihat iring-iringan Hitler lewat di Berlin. Orang-orang yang berada di tepi jalan memberi hormat kepada Führer.

Melihat itu, Sproston menoleh ke Matthews dan berkata: "Stan, saya hanya seorang pekerja dari Leeds. Aku tahu sekarang tentang politik dan sejenisnya. Yang saya tahu hanyalah sepak bola. Tapi bagaimana saya melihatnya 'yon  Itler feller'(ledekan kepada Hitler,red) adalah bajingan kecil yang jahat."

Sproston dengan kasar mengungkan perasaannya dengan cerdik tentang apa yang dikemudian hari kelak akan menjadi vonis sejarah.

Akhirnya kata siapa pertandingan bola tak ada andil sejarah politik di sana? Ternyata dibalik keriuhan 22 orang berebut dan menendang bola ada peristiwa dan ide besar dibelakangnya. Bahkan ada semangat keunggulan laksana seorang tiran.

Jadi melihat final Euro 2020 tak sesederhana melihat angka skor pertandingan. Di sana ada sejarah besar perjalanan umat manusia! 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement