Jumat 09 Jul 2021 19:23 WIB

Aksi Bersama Turunkan Angka Stunting

Di tengah pandemi Covid-19 program pencegahan stunting harus tetap di prioritaskan

Dr. drg. Marion Siagian, M.Epid selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat menyampaikan bahwa angka prevalensi stunting di Jawa Barat berdasarkan survei status gizi dan balita tahun 2019 sebesar 26,2 persen dan ini masih tinggi.
Foto:

Pelbagai penelitian menunjukkan bahwa stunting dapat menurunkan IQ sampai 20 poin. Penurunan kecerdasan ini masih mungkin dikoreksi sebelum usia dua tahun, dibuktikan oleh beberapa penelitian bahwa kombinasi perbaikan asupan nutrisi yang disertai stimulasi dapat mengoreksi IQ yang sudah terlanjur turun sekitar 90 persen, tetapi jika pada usia dua tahun tinggi badan masih dibawah -2 simpang baku maka akan sulit mengejar ketinggalan tersebut bahkan jika masih berada dibawah -3 simpang baku berisiko memerlukan pendidikan khusus.

"WHO menegaskan bahwa stunting sulit ditatalaksana tetapi pencegahan sangat dapat diupayakan,” jelas Prof. Damayanti.

 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan asupan protein hewani (sumber asam amino esensial yang lengkap dengan bioavailabilitas tinggi) dalam MPASI anak berusia 6-24 bulan merupakan penyebab tingginya angka kejadian stunting di 49 negara. Sumber protein hewani adalah telur, ikan, ayam, daging sapi/kambing, susu termasuk Pangan untuk Keperluan Medis Khusus.

Penelitian di Equador membuktikan bahwa konsumsi tambahan sebutir telur sehari selama enam bulan dapat menurunkan stunting sekitar 47 persen. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh WHO juga menunjukkan bahwa intervensi segera pada seorang anak yang mengalami weight faltering (kenaikan berat badan per bulan dibawah standar) dapat mencegah stunting 34 persen di usia satu tahun dan 24 persen diusia dua tahun.

 

Prof. Damayanti menambahkan, berdasarkan bukti ilmiah diatas, dibuatlah strategi untuk menurunkan prevalensi stunting dan terpenting memberi kesempatan untuk mengoreksi kognitif sebelum dua tahun dengan cara mensosialisasikan konsumsi protein hewani dalam MPASI anak 6-24 bulan dengan protein yang tersedia setempat dan terjangkau. Selanjutnya untuk mendeteksi weight faltering dilakukan pemantauan pertumbuhan di Posyandu serta dilakukan rujukan berjenjang ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi yaitu Puskesmas atau RSUD untuk mencari penyebab serta menatalaksana dengan tepat dan segera. Suatu sistem yang sudah ada sejak tahun 1980-an yang perlu diaktifkan kembali.

 

Strategi ini juga diujicobakan di Desa Bayumundu Pandeglang oleh Tim RSCM/FKUI dengan dukungan Kementerian Desa Tertinggal dan Transmigrasi berhasil menurunkan angka stunting 8,4 persen. Jika ini diterapkan di semua desa di Jawa Barat rasanya target yang dicanangkan oleh Gubernur Jawa Barat mungkin terpenuhi. Kerjasama lintas sektor antara pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, sektor swasta, hingga masyarakat akan sangat berperan dalam membentuk sumber daya manusia Indonesia di masa depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement