Jumat 09 Jul 2021 05:30 WIB

Peralmuni: Penelitian Dosis Ketiga Vaksin Sinovac Rampung

Peralmuni rampungkan laporan hasil penelitian pemberian dosis ketiga vaksin Sinovac.

Seorang dokter menyuntikkan vaksin Covid-19 Sinovac kepada petugas kesehatan di Jakarta, 15 Februari 2021. Pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19 untuk tenaga kesehatan dianggap perlu mengingat tingkat paparan virus yang lebih tinggi di rumah sakit.
Foto: EPA-EFE/ADI WEDA
Seorang dokter menyuntikkan vaksin Covid-19 Sinovac kepada petugas kesehatan di Jakarta, 15 Februari 2021. Pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19 untuk tenaga kesehatan dianggap perlu mengingat tingkat paparan virus yang lebih tinggi di rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni) sedang menyusun laporan hasil penelitian terhadap pemberian dosis ketiga vaksin Sinovac kepada masyarakat. Laporannya akan menjadi bahan pertimbangan untuk pemerintah.

"Memang ada penelitian di Bandung, Jawa Barat. Itu sudah selesai untuk Sinovac, tapi kita tunggu nanti biar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang memberi pengumuman karena sedang disiapkan laporannya, apakah perlu vaksinasi dosis ketiga atau tidak," kata Ketua Peralmuni, Iris Rengganis, dalam acara Dialog Kabar Kamis yang dipantau dari Jakarta, Kamis.

Baca Juga

Menurut Iris, beberapa negara lain telah mengizinkan penyuntikan vaksin berbeda merek kepada masyarakat. Uni Emirat Arab (UEA), contohnya, menyuntikan vaksin Pfizer sebagai dosis ketiga setelah dua kali penyuntikan vaksin Sinovac.

"Sebenarnya kalau dalam penelitian kedokteran, yang ideal adalah platform yang sama supaya hasilnya terlihat karena tidak ada farmasi yang mau mencampurkan dua macam merek berbeda dalam penelitian mereka," katanya.

Campuran vaksin yang berbeda merek pada tubuh seseorang, menurut Iris, masuk akal secara keilmuan imunologi. "Masuk di akal itu untuk memperluas cakupan dari virus yang bermutasi walaupun belum ada yang khusus Delta. Kalau kita membuat cakupan yang lebih luas, saya kira itu akan baik hasilnya," katanya.

Khusus untuk Indonesia, Iris menyarankan agar kegiatan vaksinasi dimaksimalkan untuk dosis kedua hingga tercapai target kekebalan kelompok sebanyak 70 persen dari total populasi. Ia mengingatkan, perjalanan untuk mencapai herd immunity dengan vaksinasi tersebut masih jauh.

"Negara kita adalah negara penduduk yang sangat amat banyak dan kita harus segera mencapai kekebalan kelompok. Dari WHO minimal adalah 70 persen dari penduduk Indonesia, atau kurang lebih 181 juta orang yang divaksinasi, sedangkan saat ini vaksinasi kita baru 10 persen lebih sedikit," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement