REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi mengajarkan masyrakat tentang banyak hal. Tidak hanya itu keadaan ini juga memaksa masyarakat untuk mengubah kebiasaan lama. Terutama praktik di dunia pendidikan, yang selama pandemi berubah total. Seluruh kegiatan belajar mengajar baik itu di sekolah maupun perguruan tinggi dilaksanakan secara daring. Semua berubah dan sedapat mungkin bertahan pada perubahan juga sistem belajar yang baru, karena pandemi.
Tak jarang pandemi menyisakan cerita yang menyedihkan bahkan begitu tragis. Siswa atau mahasiswa yang tinggal di pelosok desa atau daerah tentunya harus berjuang lebih keras, agar dapat terus belajar. Mereka berjuang mencari sinyal, agar mengikuti pembelajaran secara daring. Pun ada yang harus rela tidak makan demi membeli paket kuota, hanya untuk belajar daring. Hingga akhirnya menyisakan cerita haru dan pilu.
Ada yang pada akhirnya menyerah dan tak mampu mengikuti perubahan. Tak sedikit pula yang putus sekolah ataupun mundur kuliah. Karena tak sanggup lagi mengiikuti proses pembelajaran secara daring. Banyak hal yang jadi pertimbangan, mulai dari biaya, fasilitas, tempat tinggal sampai pada keputusasaan karena tak percaya diri akan mampu bertahan pada keadaan saat ini.
Keadaan ini, mengharuskan para tenaga pendidikan baik guru, dosen, praktisi mulai memutar otak menciptakan ide-ide kreatif dan inovatif agar siswa dan mahasiswa bisa termotivasi. Semua demi mereka, untuk mempertahankan semangat agar tetap giat menimba ilmu pengetahuan. Agar kelak mereka tetap punya bekal untuk menyongsong masa depan. Berikut beberapa pendapat praktisi dan dosen perguruan tinggi tentang bagaimana membangun motivasi mahasiswa dalam proses belajar daring.
Menurut Dr Mochammad Wahyudi, rektor Universitas BSI (Bina Sarana Informatika), sepatutnya dosen terus memberikan semangat kepada mahasiswa agar tidak mudah menyerah pada keadaan. Meskipun pandemi masih berlangsung, namun motivasi belajar harus tetap ada selama pembelajaran masih secara daring.
“Dengan mengutamakan keselamatan bersama, belajar daring jadi hal yang paling tepat untuk dilaksanakan. Karena dengan daring bisa mengurangi interaksi fisik, tanpa harus tatap muka yang tentunya ini sangat berisiko besar pada penularan Covid-19,” ujarnya dalam wawancara melalui whatsapps, Senin (28/6).
Senada dengan pendapat rektor Universitas BSI, Setiaji seorang dosen yang juga sebagai kepala kampus Universitas Nusa Mandiri (UNM) kampus Damai mengatakan, seorang dosen perlu punya rasa empati dan sikap peduli terhadap kondisi mahasiswanya. Terus tanamkan motivasi diri tentang kesyukuran nikmat yang telah diterima dari Sang Maha Pencipta.
“Motivasi tersebut bisa diberikan berupa hadiah souvenir atau saldo uang elektronik untuk sekedar membeli kuota pertemuan berikutnya. Apresiasi ini dapat diberikan kepada mereka yang mampu menjawab pertanyaan saat sesi tanya jawab atau bisa juga diberikan pada mereka yang tepat waktu datang saat kuliah daring. Ini bisa menjadi stimulus yang apik bagi mahasiswa,” papar Setiaji.
Pendapat senada datang dari Untung Rohwadi, seorang praktisi juga dosen program studi Sistem Informasi Akuntansi Universitas BSI. Ia menyampaikan bahwa motivasi yang paling konkret saat permasalahan belajar daring yakni membagi wifi gratis atau cuma-cuma pada mahasiswa.
“Mahasiswa akan tertarik dan termotivasi mengikuti pembelajaran daring. Jika diawal sesi dosen memberikan sebuah cerita atau pengalaman nyata tentang dunia kerja atau dunia industri, tentu berhubungan dengan tema materi kuliah yang akan disampaikan saat pertemuan,” kata Danny Ong, dosen program studi Sistem Informasi Universitas BSI kampus Karawang yang juga seorang konsultan IT.
Stimulus ini sudah selama tiga semester belakangan, selama pandemi ini, ia terapkan. Walhasil, banyak mahasiswa yang tertarik belajar dan termotivasi untuk lebih giat menggali ilmu pengetahuan meski berjalan secara daring. Karena ini semua demi bekalnya di masa depan.
“Pandemi memang menuntut banyak pihak untuk kreatif dalam memberi solusi saat kebosanan itu datang melanda peserta didik. Dan itu sudah menjadi tugas seorang dosen,” terangnya.
Sinergi dengan itu semua, Umi Faddillah, dosen Universitas BSI program studi Sistem Informasi Akuntansi turut memberikan pendapatnya. Menurutnya, kondisi pandemi mengharuskan dosen untuk ikut meningkatkan kualitas dirinya, juga kecakapannya dalam menyampaikan materi. Sebisa mungkin sampaikan materi dengan cara kreatif, tidak hanya sekedar membaca slide. Akan tetapi bisa sambil bercerita atau berbagi pengalaman tentang dunia kerja dan isu-isu terkini perkembangan ilmu pengetahuan.
“Bisa juga memberikan mahasiswa pengetahuan tentang prospek karir masa depan yang berkaitan dengan mata kuliah yang disampaikan. Kemudian berikan dorongan bahwa mereka adalah bakal-bakal generasi yang akan punya peran penting bagi kemajuan bangsa. Terlebih lagi, Indonesia akan menghadapi fenomena bonus demografi beserta tantangannya. Mereka pun juga harus siap sebagai generasi emas Indonesia pada tahun 2045,” tutupnya.