Selasa 29 Jun 2021 17:17 WIB

Optimisme Penggiat Pendidikan Tinggi di Tengah Pandemi

Di masa pandemi, dosen dan mahasiswa harus mengubah total semua kebiasaan hidupnya.

Ipin Sugiyarto MKom, dosen Universitas Nusa Mandiri, Prodi Sistem Informasi yang juga seorang pegawai PPNPN di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Divisi Indonesia Tsunami Observation Center.
Foto: Dok UNM
Ipin Sugiyarto MKom, dosen Universitas Nusa Mandiri, Prodi Sistem Informasi yang juga seorang pegawai PPNPN di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Divisi Indonesia Tsunami Observation Center.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ipin Sugiyarto MKom

Optimisme penggiat pendidikan di masa pandemi bak imunitas bagi proses pembelajaran yang terpaksa berjalan secara daring. Penggiat pendidikan dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi para mahasiswa. Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik di perguruan tinggi.

Di masa pandemi ini, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, baik bagi  dosen maupun mahasiswanya. Keduanya harus berjuang bersama mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif dan nyaman. Tidak hanya itu, dosen dan mahasiswa pun harus bersinergi dalam proses pembelajaran agar tema perkuliahan atau materi pembelajaran dapat tersampaikan dan mudah dipahami.

Awal pandemic, tepatnya 11 Maret 2020 menjadi titik perubahan yang sangat signifikan. Banyak orang yang tidak terbiasa dengan keadaan ini. Semua sektor, termasuk ekonomi dan pendidikan pun tidak luput mendapatkan  imbas dari kondisi ini. Tantangan yang dihadapi para pendidik pada umumnya, mereka kesulitan saat penyampaian materi perkuliahan yang biasanya secara langsung atau tatap muka. Di masa pandemi, semua jadi berubah, proses pembelajaran dilakukan dengan komunikasi virtual. 

Tentu saja mekanisme kegiatan belajar-mengajar menjadi tidak lagi sama seperti biasanya. Mahasiswa dan dosen dengan keadaan ini harus menggunakan strategi lain dalam pelaksanaan perkuliahan. Agar dosen selaku pemberi materi dapat menyampaikan maksud dari isi materi dengan tuntas dan mudah dipahami mahasiswa. 

Sedangkan sebagai mahasiswa pun harus berkonsentrasi penuh agar materi yang tersampaikan dapat diterima dengan sangat jelas dan paham. Tak ayal, hal ini perlu banyak pengorbanan. Contoh saja, dosen harus menyiapkan berbagai trik agar mahasiswa tertarik dan termotivasi untuk sama-sama memahami isi materi kuliah. 

Di sisi lain, mahasiswa pun  tidak sedikit yang berjuang mencari sinyal internet agar dapat menerima materi pembelajaran atau kuliah dengan jelas tanpa terputus-putus.

Ini menjadi sebuah problematika yang sangat kompleks, dosen sebagai penggiat pendidikan berusaha menyampaikan materi yang tidak monoton atau menjenuhkan. Lalu, mahasiswa terkendala sinyal jaringan atau internet di tempat tinggalnya. Walhasil, tujuan pembelajaran tetap tidak dapat tersampaikan dengan cukup baik.

Atau sebaliknya, mahasiswa sebagai penerima materi pembelajaran telah benar-benar mempersiapkan kondisi dan tempat dengan sinyal jaringan yang cukup baik, akan tetapi dosen tak mampu menyampaikan materi dengan cukup gamblang atau sulit karena keterbatasan fasilitas, sebagai contoh pembelajaran dengan materi praktik. Atau bisa jadi karena sistem online yang kurang mendukung. Sehingga keduanya sulit bertemu pada titik yang sama. Dan ini bisa jadi pemicu gagalnya proses pembelajaran.

Sebenarnya tidak sedikit kampus yang telah banyak mengubah sistemnya menjadi serba online. Mahasiswa dan dosen diharuskan menggunakan media pembelajaran online. Kondisi tersebut tentunya banyak sekali yang harus dipersiapkan. Lagi-lagi kondisi yang tidak biasa ini kadang banyak membuat tidak nyaman saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. 

Tak ayal, dengan sistem yang serba online ini pun sering dijumpai berbagai kendala seperti koneksi jaringan yang tidak stabil, sistem yang terkadang down tidak dapat diakses karena terlalu banyak traffic yang berkunjung di laman web kampus online dan juga kendala kuota. 

Mungkin dari sisi sistem, kampus mampu menanganinya dengan maksimal tapi tidak demikian mulus di sisi mahasiswa dan dosen. Terutama yang memiliki peralatan seadanya. Ditambah, belum lagi kondisi wilayah yang menentukan kondisi transmisi sinyal menjadi problem. 

Banyak cara dan cerita dari para pendidik dan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran daring yang terjadi di tengah masa pandemi ini. Mereka harus mampu survive dalam kondisi seperti ini. 

Pada setiap jam perkuliahan berlangsung semua mulai bersiap dengan kondisi yang ada dan mau tidak mau mahasiswa juga dosen harus mampu mengkondisikan keadaannya masing-masing. Terkadang hal kecil pun seperti absensi online, sering menjadi masalah dengan web kampus online yang down, tidak bisa diakses. Belum lagi saat dosen mulai menyampaikan materi, traffic meninggi karena banyak yang mengakses laman web kampus online akibatnya web kembali down. 

Akan tetapi, di saat problematika ini berlangsung, ada sebagian dosen sebagai pendidik yang memanfaatkan e-learning kampus untuk memberi tugas dan absensi, ada juga yang memanfaatkan media pembelajaran lain seperti google classroom, youtube live streaming maupun zoom meeting. Tentunya hal itu dapat menjadi alternatif, ketika banyak masalah dihadapi. 

Di sinilah peran pendidik secara kreatif dan inovatif dalam penyampaian materi agar mahasiswa tidak bosan saat menyimak materi perkuliahan. Masa pandemi justru banyak mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang survive dalam menghadapi segala hal. Terkadang banyak juga yang bisa mengahadapinya dan tak sedikit pula yang tidak mampu mengikutinya karena keadaan baik dari segi ekonomi maupun hal teknis lainnya.

Sebenarnya, jika kita mampu mengambil momentum ini dengan baik dan sedikit fokus, tentu selain banyak kendala, ada juga banyak peluang atau fleksibilitas waktu yang kita tidak sadari. 

Kenapa hal tersebut bisa menjadi sebuah peluang atau fleksibel dalam hal waktu? Karena saat pandemi seperti ini, justru peluang untuk membuat kampus migrasi pada sistem pembelajaran yang serba digital menjadi lebih mudah tentunya. Dan semua sudah dimulai secara masif saat ini. Artinya suka atau tidak, semua sudah beralih menjadi kampus digital, maka di  sana akan ada banyak fleksibilitas waktu tentunya. 

Kebiasaan lama dengan sistem pembelajaran yang harus dilakukan seperti datang ke kampus baik dosen maupun mahasiswa, menyita banyak waktu di jalan. Bertemu dengan kemacetan, berangkat ke kampus menggunakan angkutan umum dengan proses menunggu hingga banyak waktu yang terbuang di jalan. 

Begitu juga kegiatan kampus lain di  mana mobilitas sangat tinggi saat jam pagi hari yang membuat kemacetan di jalan. Lagi-lagi waktu yang tersita di jalan. Coba bandingkan dengan saat ini di mana semua kegiatan dilakukan online, tidak lagi harus berburu mengejar waktu untuk berangkat ke kampus atau ke kantor saat hari masih gelap.

Terkadang banyak hal yang terjadi saat perjalanan, bertemu kemacetan, belum lagi terlambat, bangun sudah lebih pagi tetapi karena terlalu lama menunggu angkutan umum sehingga banyak waktu yang terbuang sia sia. 

Dengan sistem online saat ini tentu banyak sekali perubahan yang terjadi baik perubahan secara sistem bekerja kita atau sistem belajar mahasiswa dimana mereka cukup duduk manis di rumah dengan mempersiapkan laptop dan modem internet untuk dapat mengikuti pembelajaran daring. 

Memang kondisi saat ini tidak banyak orang yang mengharapkannya, akan tetapi, kita harus mengubah total semua kebiasaan hidup kita. Masalah pandemi bukan hanya pada sisi kegiatan saja yang berubah tetapi sisi kesehatan pun banyak yang harus kita perhatikan. 

Satu hal yang perlu kita tanamkan dalam diri kita sebagai dosen selaku pendidik dan mahasiswa harus mampu menghadapi kondisi ini dengan survive dan jangan pernah menyerah dengan keadaan. Karena kehidupan ini terus berjalan dan tidak mungkin berhenti. Hiduplah sebagaimana mestinya, jalani hari-hari walaupun dengan kondisi baru yang mungkin banyak sebagian dari kita tidak nyaman atau tidak menginginkan hal ini.

Mari bersama survive jalani ini semua.  Tidak hanya berpikir tapi juga bertindak kreatif dan inovatif menciptakan kondisi pembelajaran senyaman mungkin, demi generasi emas Indonesia. Momentum  ini mari kita jadikan sebagai titik balik untuk memperbaiki kehidupan kita dan menjadi pribadi yang tangguh, kuat serta mampu berpikir kreatif dan inovatif untuk dapat mengikuti alur pola kehidupan new normal. 

New normal dalam artian semua yang kita hadapi adalah kehidupan normal baru yang kita belum pernah lakukan sebelumnya. Dan di sinilah kita mulai belajar arti hidup yang sebenarnya mampu bertahan dan berkembang dalam kondisi apapun.  

*) Penulis adalah dosen Universitas Nusa Mandiri, prodi Sistem Informasi yang juga seorang pegawai PPNPN di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Divisi Indonesia Tsunami Observation Center.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement