Sabtu 26 Jun 2021 13:59 WIB

Academic Writing Sebagai Bekal Mahasiswa Universitas BSI

Universitas BSI menggelar webinar Academic Writing bagi mahasiswa semester II

Prodi Bahasa Inggris dan Sastra Inggris Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) bekali mahasiswa semester dua dengan webinar Academic Writing Paraphrasing Techniques for Academic Writing.
Foto: UBSI
Prodi Bahasa Inggris dan Sastra Inggris Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) bekali mahasiswa semester dua dengan webinar Academic Writing Paraphrasing Techniques for Academic Writing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prodi Bahasa Inggris dan Sastra Inggris Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) bekali mahasiswa semester dua dengan webinar Academic Writing ‘Paraphrasing Techniques for Academic Writing’.

Webinar ini dilaksanakan pada Kamis, (17/6) dan diikuti oleh puluhan mahasiswa Universitas BSI. Kegiatan yang berlangsung secara virtual melalui zoom ini, menghadirkan narasumber Tiana Ennamorati. Ia merupakan lulusan University of Sussex, Inggris dan kini ia sebagai translator dan TESOL Instructor Study Plus di PT. Edukasi Global Gemilang.

“Kegiatan ini ditujukan agar mahasiswa Universitas BSI dapat memahami dan meningkatkan kemampuan menulis dengan cepat dan efisien,” tutur Agus Priadi, Kaprodi Bahasa Inggris Universitas BSI, kamis (17/6).

Definisi paraphrasing dan pentingnya memahami hakikat paraphrasing harus diketahui para mahasiswa. “Tantangan yang dihadapi dalam mem-paraphrasing kata dalam bahasa Inggris, memang terasa berat," kata Tiana.

Ia menjelaskan, paraphrasing merupakan cara mengutip kutipan dengan menggunakan kata-kata sendiri tanpa menghilangkan makna kutipan dari sumber aslinya.“Hal ini sangat tidak mudah dilakukan mengingat kurangnya dalam hal kosakata yang dipahami. Sekaligus mudahnya untuk melihat seberapa mirip tulisan kita dengan tulisan sumbernya atau yang biasa dikenal plagiarisme,” ujar Tiana.

Ia mengatakan, ada tujuh teknik dalam mem-paraphrasing salah satunya yakni penggunaan sinonim pada setiap kata. “Dalam bahasa Inggris, terdapat banyak kata yang menyerupai sesuai dengan konteks makna sumber. Hal ini mempermudah dalam mencari sumber referensi kata agar tidak mirip dengan sumber asli tanpa menghilangkan makna dari kutipan tersebut,” pungkasnya.

Ia juga mengingatkan agar tidak terlena dengan perangkat yang memudahkan dalam memparafrase kalimat. Mengingat kata-kata yang dihasilkan tersebut bukanlah murni hasil dari pemikiran sendiri.

“Sebagai kaum pelajar, kita harus memiliki semangat dan percaya diri dengan hasil karya pemikiran kita sendiri tanpa harus bergantung pada perangkat apapun,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement