Kamis 24 Jun 2021 18:23 WIB

Rekor Kasus DKI Hari Ini Diisi 15 Persen Kasus Covid Anak

Aturan melarang anak di tempat publik bisa hindari tingginya kasus anak.

Orang tua mengantarkan anaknya yang terpapar covid-19 untuk dibawa ke Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta.
Foto:

Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Windhu Purnomo, menilai tingginya penularan Covid-19 pada anak karena orang tua dan pemerintah sama-sama tidak melindungi anak. Menurut Windhu, penularan virus tidak tergantung pada umur tetapi mereka terpapar virus ini karena sering keluar rumah, kemudian tidak menjalankan protokol kesehatan maka semua bisa tertular tanpa melihat umur.

Kemudian kalau seperdelapan dari jumlah kasus Covid-19 terjadi anak-anak, itu artinya orang tua tidak melindungi anak. "Orang tua membawa anak keluar rumah, diajak jalan-jalan ke mal, jalan-jalan ke tempat piknik, tempat wisata, kemudian pergi bersilaturahmi ke orang lain atau kerabat dengan membawa buah hati. Akibatnya anaknya kan bisa tertular virus," katanya.

Tak hanya itu, ia menilai pemerintah juga tidak melindungi anak. Seharusnya, dia melanjutkan, Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 daerah melarang anak-anak dan orang tua masuk ke mal, pasar. Selain itu, satgas di tempat wisata juga melarang bawa anak. Ia mengibaratkan larangan ini sama seperti sebelum pandemi, yaitu pasti ada tulisan dilarang membawa anak ketika membesuk pasien di rumah sakit.

Aturan ini dibuat sebab anak jangan sampai terpapar orang yang sakit penyakit menular. Katanya, jadi cara melindungi anak dari Covid harus dimulai dengan tidak membawa anak keluar rumah.

"Boleh bawa keluar anak keluar, tetapi cukup keliling saja naik mobil atau motor. Tetapi jangan ajak anak makan ke tempat umum padahal itu berisiko," katanya.

Jika ingin membeli makanan bisa menyuruh orang lebih muda untuk mendapatkannya. Kemudian, ia meminta pemerintah yang memberikan garis-garis batas panduan larangan anak masuk ke tempat publik termasuk mal hingga tempat wisata.

"Sedangkan Indonesia kan tidak, tempat wisata penuh dengan anak-anak bahkan sampai berjubel. Artinya pemerintah dan masyarakat tidak melindungi anak," katanya.

Terkait kematian anak akibat Covid-19, ia menjelaskan sebenarnya anak-anak lebih kuat dibandingkan orang tua karena daya tahan tubuhnya masih lebih baik. Sejak lahir sudah mendapatkan imunitas dari ASI, imunisasi dasar, apalagi kondisi jaringan sel masih bagus.

Jadi kalau kena infeksi dia tidak mudah untuk sakit berat sampai meninggal. Berbeda halnya dengan orang tua yang mengalami degenerasi sel-sel organ seperti jantung.

"Tetapi kematian anak Indonesia jadi salah satu yang tertinggi di dunia, bahkan 10 kali lipat dibandingkan persentase Amerika Serikat (AS). Bahkan, angka kematian anak Indonesia lebih tinggi dibandingkan kasus nasional yaitu 2,7 persen versus 3 persen," ujarnya.

Ia menjelaskan, penyebabnya adalah anak-anak Indonesia banyak mengalami malnutrisi, kekerdilan (stunting) dibandingkan anak di negara maju karena kemiskinan yang membuat daya beli masyarakat negara ini lebih rendah. Selain itu, dia melanjutkan, ketika anak keluar rumah, kondisi lingkungan yang buruk mengakibatkan anak mudah terinfeksi dengan penyakit lain.

"Kemudian, infeksi penyakit lain itu akan memburuk karena tertular Covid-19. Itu yang membuat kasus kematian anak Indonesia lebih tinggi dibandingkan luar negeri," ujarnya.

photo
Tips bicara mengenai Covid-19 kepada anak. - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement