REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Juru Bicara Genose C19, dr Mohamad Saifudin Hakim, mengungkapkan alatnya tengah menjalani proses validitas eksternal yang melibatkan tiga universitas. Uji validitas eksternal merupakan bagian dari post-marketing analysis, yakni ketika Genose C19 sudah digunakan oleh masyarakat umum.
Saifudin menjelaskan, uji validitas eksternal bertujuan menambah data dan memperkuat kerja AI. Selain itu, langkah ini merupakan bagian dari perbaikan berkelanjutan serta kepatuhan atas regulasi yang berlaku, setelah alat kesehatan mendapat izin edar untuk penggunaan.
"Pakar dari tiga universitas, yakni Universitas Andalas, Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Airlangga (Unair) menjadi penguji independen alat Genose C19," kata Saifudin, Rabu (23/6).
Menurut Saifudin, ethical clearance sudah keluar dari UI dan Unair. Persetujuan etik bertujuan memastikan penelitian Genose bekerja sesuai kaidah ilmiah.
Sebagai informasi, seluruh penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitian harus mendapatkan Ethical Clearance atau Keterangan Lolos Kaji Etik. Saifudin menyebut, uji validitas eksternal telah dimulai sejak April di Universitas Andalas.
Lalu, RS UI memulai tahap uji tersebut pada Juni. Saifudin mengatakan, Unair dan RSUPN dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) akan mulai uji validitas eksternal Genose pada akhir Juli.
Periode uji validitas akan berlansung selama empat hingga enam bulan, tergantung perjanjian dengan tiap institusi. Menurut Saifudin, hasil uji validitas belum dirilis karena prosesnya masih berjalan.
Saifudin mengajak pengguna dan operator Genose sama-sama menjaga performa alat tersebut. Ia berharap, masyarakat pengguna Genose bisa melakukan prosedur dengan baik agar hasil maksimal.
"Tim pengembang akan terus menyempurnakan SOP penggunaan Genose C19 agar lebih mudah dipahami dan lebih antisipatif terhadap kesalahan operasional yang tanpa disengaja dapat mempengaruhi performa alat," ujar Saifudin.
Bagaimana dengan keandalan hasil tes dengan Genose?