Pada era post trude saat ini banyak sekali informasi salah satunya bahwa Bung Karno terlibat dalam kasus 1 Oktober 65, padahal ini logika salah.Menurut Gaffar, pertanyaan besar kalau memang terlibat adalah mengapa kepemimpinan Bung Karno juga ikut berakhir dan yang menjadi korban justru loyalis Bung Karno yang dipilih langsung oleh Bung Karno (Jenderal Ahmad Yani).
"Banyak versi, sebagian faktanya masih belum tuntas, ini tidak kurang masuk akal yang kena malah loyalis Bung Karno," paparnya.
Dia menjelaskan masyarakat bisa menganalisa dengan logika sederhana untuk mencari kebenaran dalam perisitiwa itu. Cara paling mudah untuk melihat sebuah kudeta, lihat saja siapa yang diuntungkan pada saat itu.
"Analisa tebak-tebakannya ketika ada kudeta lihat saja siapa yang diuntungkan saat itu," tuturnya.
Oleh karena itu, tambah dia, agar pemahaman pemuda saat ini tidak tersesat akan sejarah Indonesia yang benar, maka perlu belajar dari sejarah. Ke depan, lanjut dia, dapat mewarisi api dari semangat Bung Karno dan para pahlawan dengan cara mencoba berpikir visioner jauh ke depan untuk kemajuan masa depan bangsa ini.
"Yang terpenting jangan pernah meninggalkan pemahaman tentang sejarah. Sebagai generasi penerus, kita harus mencoba berpikir jauh dan luas demi kebaikan bangsa ini ke depan serta jangan pernah lupakan sejarah," kata Gaffar.