Ahad 20 Jun 2021 15:56 WIB

Rumah Sakit Kebut Konversi Tempat Tidur Pasien Covid

Kenaikan angka rujukan rumah sakit ini terus meningkat dari pekan lalu

Rep: Amri Amrullah/ Red: A.Syalaby Ichsan
Pengendara sepeda motor melintasi gerbang Rumah Sakit Daerah (RSD) Madani di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (18/6/2021). Rumah sakit yang dikelola Pemerintah Kota Palu itu terpaksa menghentikan sementara layanan rawat inap sejak dua hari terakhir ini untuk meminimalisir penyebaran virus corona menyusul terinfeksinya sejumlah tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut.
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Pengendara sepeda motor melintasi gerbang Rumah Sakit Daerah (RSD) Madani di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (18/6/2021). Rumah sakit yang dikelola Pemerintah Kota Palu itu terpaksa menghentikan sementara layanan rawat inap sejak dua hari terakhir ini untuk meminimalisir penyebaran virus corona menyusul terinfeksinya sejumlah tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) memastikan jumlah ketersediaan tempat tidur di berbagai Rumah Sakit (RS) besar di zona merah dan kuning, semakin menipis akibat melonjaknya kembali kasus Covid-19 gelombang kedua di Indonesia. Untuk antisipasi, beberapa RS utama di Jabodetabek, Jawa Barat dan Jawa Tengah kemudian menambah konversi jumlah tempat tidur dari area pelayanan non-Covid untuk pasien Covid-19.

PERSI mengonfirmasi untuk tempat tidur isolasi, RS khusus Covid di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah keterisian tempat tidurnya atau BOR (Bed Occupancy Rate), sudah diatas 80 persen per 19 Juni 2021. Sedangkan untuk keterisian tempat tidur rawat intensif (ICU)nya di wilayah Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah per 19 Juni 2021 diatas 65 persen. BOR di atas 80 disebut zona merah.

"Tertinggi pertama BOR di Jakarta keterisian ruang isolasi 84 persen dan ruang intensif 79 persen," kata Sekjen PERSI, Lia Partakusuma, Ahad (20/6).

Lia mengakui kenaikan angka kasus Covid yang kemudian mendapat rujukan rumah sakit ini terus meningkat dari awal pekan lalu, pada 14-15 Juni 2021 hingga sekarang. Kenaikannya, kata dia, cukup signifikan sehingga beberapa RS seperti yang mungkin tersebar videonya, ada yang harus membuat pasien menunggu di lorong RS sebelum pasien di screening kondisi dan keadaan gejala Covid-19nya.

"Memang benar, lonjakan kasus Covid-19 saat ini telah membuat ketersediaan tempat tidur di RS semakin menipis," kata dia.

Sebenarnya, diakui dia, RS sejak awal pandemi Covid melanda sudah mengonversi layanan tempat tidur dari non-Covid ke layanan Covid. Peningkatan kapasitas ini bahkan ada yang sudah mencapai tiga kali lipat dari layanan biasa. Namun dengan angka kasus Covid-19 yang kembali melonjak di gelombang kedua akibat lalainya protokol kesehatan, dan varian baru delta memaksa pihak RS kembali menambah konversi tempat tidur.

Akibatnya, terang dia, banyak RS yang menambah kapasitas BOR justru alami persoalan karena ketersediaan Sumber Daya Medis dan kelengkapan medis lainnya. Begitu juga ketersediaan oksigen dan tabung oksigen. "Saat ini kami ada laporan kekurangan tabung oksigen di Jawa Tengah, maka PERSI mendorong distributor oksigen segera mengirim ke RS yang alami kekurangan," terangnya.

Persoalannya, sebut Lia, bagaimana dengan RS yang akses transportasi oksigennya jauh, sehingga membutuhkan sarana transporrasi khusus. Pihak PERSI mendorong RS memproduksi oksigen sendiri, sehingga mengurangi ketergantungan pengiriman oksigen.

Begitu juga soal RS Covid dengan fasilitas medis dan SDM yang kurang. Karena itu pihak PERSI berupaya menambah fasilitas kesehatan dan tenaga medis, agar pelayanan kasus Covid-19 tetap bisa maksimal serta menghindari percepatan penularan kasus Covid-19.

"Nah beberapa kasus di RS kekurangan tenaga medis ini diantisipasi dengan dikirimnya tenaga relawan medis dari pusat di Lementerian Kesehatan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement