Rabu 16 Jun 2021 15:05 WIB

Larangan ke Bandung, Selamatkan Nyawa tapi Rugikan Wisata

Pelaku usaha Bandung Raya perkirakan larangan wisata timbulkan kerugian Rp 60 M.

Petugas tenaga kesehatan membawa pasien ke ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Jawa Barat, Sabtu (12/6/2021). Direktur Pelayanan Medik Keperawatan dan Penunjang RSHS menyatakan keterisian tempat tidur untuk isolasi pasien COVID-19 (non ICU) masih di angka 119 dari 184 tempat tidur yang disediakan, meski Jawa Barat mengalami peningkatan tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) COVID-19 mencapai 68 persen serta 85 persen untuk Bandung Raya.
Foto:

Apalagi, kata dia, saat ini varian baru virus Covid-19 dilaporkan sudah masuk ke beberapa daerah. Sebagai salah satu contohnya adalah kasus varian baru virus Covid-19 di wilayah Jawa Tengah hingga DKI Jakarta.  

"Ini memang tidak nyaman. Ilmu kita tentang Covid-19 juga tidak paripurna tiap saat ada varian baru. Di Jawa Tengah sedang mengganas, Jakarta juga sudah hadir (varian baru)," katanya

Menurutnya, penerapan zonasi Covid-19 sangat penting untuk mengatur agar ekonomi tetap bisa bergerak. Misalnya, bagi daerah yang berada di zona merah maka aktivitas masyarakat ditahan terlebih dahulu, sedangkan zona oranye dan kuning dipersilahkan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

"Itulah pentingnya ada zonasi merah, oranye, kuning apa. Merah kita tahan, ekonomi (di zona) kuning ya dipersilakan. Semua (pelarangan dan pembatasan) ini terjadi hanya di zona merah. Dan Jawa barat tidak semua zona merah hanya Bandung Raya yang sedang dikepung zona merah," paparnya. Dua daerah di Bandung Raya yang masuk dalam zona merah, yakni Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Faktanya saat ini upaya mencari tempat tidur yang kosong bagi pasien Covid-19 tidaklah mudah. Hal tersebut tergambar dari aksi Kepala Desa Sekarwangi, Dulloh, yang mengantarkan seorang pasien keliling IGD rumah sakit di Kota Bandung yang lalu menjadi viral di media sosial. Dulloh beberapa kali mendatangi sejumlah rumah sakit namun penuh, hingga akhirnya bisa dirawat di RS Al Islam, Baleendah, Kabupaten Bandung.

Saat dikonfirmasi, Kepala Desa Sekarwangi Dulloh menjelaskan cerita di balik video yang viral tersebut. Ia mengaku mendapatkan informasi jika salah seorang warga sedang sakit dan harus dibawa segera ke rumah sakit.

"Spontanitas. Memang betul penuh (rumah sakit). Saya spontan," ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (16/6). Ia mengatakan, cerita tersebut berawal saat tengah mengantar istrinya yang sakit ke dokter.

"Ada yang bel ke saya (warga sakit), saya arahkan pakai ambulans cuma nggak ada supirnya. Supirnya kuli di luar kota, cari sopirnya saja pak. Iya saya usahakan pak," ujarnya, menjelaskan percakapan dengan keluarga warga yang sakit.

Singkat kata, saat ia sudah tiba di rumah dan hendak menutup pintu rumah keluarga warga tersebut datang dan menjelaskan bahwa tidak ada sopir. Hingga akhirnya ia membawa sendiri ambulans tersebut ke sejumlah rumah sakit.

Ia mengaku membawa warga yang sakit bersama petugas Puskesos ke sejumlah rumah sakit di Kota Bandung namun penuh hingga akhirnya bisa tertangani di Rumah Sakit Al-Ihsan. "Sama Puskesos dibawa ke rumah sakit Soreang penuh, lalu dibawa ke RS Santosa, begitu ditungguin saya tanya (petugas) banyak pasien, ini ada nunggu sejam dua jam. Antre," katanya.

Karena penuh ia pun sempat membawa warga yang sakit ke Rumah Sakit Immanuel dan Rumah Sakit Hasan Sadikin. Namun, kondisi di rumah sakit tersebut pun penuh hingga akhirnya dibawa ke RS Al Islam.

"Singkat kata ke Al Islam. Singkat kata saya spontan saya ngasih tahu harus lebih hati-hati," katanya. Ia pun baru bisa pulang ke rumah sekitar pukul 02.30 WIB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement